XL Axiata mengklasifikasikan menjadi tiga kunci strategi dalam membentuk satu data yang holistic dan terintegrasi.
Jakarta, Komite.id – Seperti yang diketahui, banyaknya data silo yang terjadi saat ini menjadi penghambat pengelolaan data, di mana perusahaan memiliki data-datanya sendiri, sehingga data-data tersebut tidak bisa digabungkan menjadi satu. Jika berbicara tentang Satu Data, maka tugas yang perlu dilakukan ialah bagaimana dapat menyatukan data-data silo tersebut.
Di XL Axiata dan perusahaan-perusahaan lainnya juga mengklasifikasikan menjadi tiga kunci strategi dalam membentuk satu data yang holistic dan terintegrasi. Yang pertama melakukan Cloud Data Transformation. “Jadi memang arahnya dari sisi korporasi membuat data-data itu berada di cloud. Karena pelaksanaannya cepat, scalability, High Availability dan Dedicated Computation Resource,” ucap Brian Cakra Head of Enterprise Internet of Things & BIG Data XL Axiata, dalam Websummit Satu Data Indonesia 2022, Selasa (05/07).
Selanjutnya yang kedua itu dengan Building Unified Data Fabric With Customer 360 implementation. Dengan melakukan demokrasi data sehingga data-data tersebut dapat diakses oleh siapa saja, dengan tetap pengamanan yang mumpuni.
Dan yang ketiga tentang bagaimana Adaptive Data Privacy & Governance. Dengan meningkatkan literasi data melalui Active Metadata. Kemudian implementasi Data Quality dan Good Data Governance dan memastikan data privacy berjalan dengan baik dan aman.
“Saat kita bicara satu data otomatis akan membicarakan scoop yang lebih besar, maka dari itu Satu Data tersebut akan mampu bermanfaat di semua lini bisnis,” tuturnya.
Pada dasarnya, di era digitalisasi ini Data Governance akan menjadi penting karena berkaitan dengan regulasi. Di Indonesia, terdapat regulasi yang saat ini masih terus diperbaiki untuk kebaikan masyarakat luas. Selain itu, sistem analytics yang digunakan untuk akurasi data yang dihasilkan pun akan lebih tinggi.
Dalam proses analisis suatu permasalahan, hal ini akan memberi dampak positif untuk semua pihak. Baik perusahaan, publik, maupun pemerintah bisa semakin tajam dalam membuat business analytics ataupun dalam memperoleh insight untuk pengambilan keputusan.
Berbicara data governance, tentu tidak mudah dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Sebab, pada taa governance yang terpenting justru ialah proses dan people, sebelum teknologi. Saat sebuah perusahaan memiliki process, people and technology maka governance bisa berjalan dengan baik, sebelum akhirnya berfokus pada tools. Terkait tools, Brian menuturkan bahwa sejumlah komponen seperti Data Cleansing, Data Profiling serta Management Metadata sangat penting untuk menjadi bagian dari data governance.
Perlu diketahui, tanpa tata kelola data yang efektif, inkonsistensi data dalam sistem yang berbeda di seluruh organisasi mungkin tidak dapat diselesaikan. Misalnya, nama pelanggan mungkin dicantumkan secara berbeda dalam sistem penjualan, logistik, dan layanan pelanggan. Itu dapat memperumit upaya integrasi data dan menciptakan masalah integritas data yang memengaruhi keakuratan aplikasi intelijen bisnis (BI), pelaporan perusahaan, dan analitik. Selain itu, kesalahan data mungkin tidak dapat diidentifikasi dan diperbaiki, yang selanjutnya memengaruhi BI dan akurasi analitik.
Tak hanya itu, Tata kelola data yang buruk juga dapat menghambat inisiatif kepatuhan terhadap peraturan. Hal itu dapat menyebabkan masalah bagi perusahaan yang harus mematuhi undang-undang privasi dan perlindungan data yang jumlahnya semakin meningkat, seperti GDPR Uni Eropa dan Undang-Undang Privasi Konsumen California (CCPA). Program tata kelola data perusahaan biasanya mencakup pengembangan definisi data umum dan format data standar yang diterapkan di semua sistem bisnis, meningkatkan konsistensi data untuk penggunaan bisnis dan kepatuhan.
Sebagai salah satu kegiatan akbar ABDI di tahun 2022, Websummit Satu Data Indonesia 2022 di hari pertama (05/07) menghadirkan pembicara dari Kementerian, Menteri PNN/Bappenas Dr. Ir. H. Suharso Monoarfa yang diwakili Deputi Bidang Sarana & Prasarana Bappenas Ir. Josaphat Rizal Primana, Direktur Jenderal Dukcapil Prof. Dr. Zudan Arif Fakhrulloh, SH., MH, Data Management & Analytics Division Head Bank BTN Indra Hidayatullah, dan CEO Bank Raya Indonesia Kaspar Situmorang, M.Sc.
Hadir pula pembicara dari Kementerian Agraria & Tata Ruang (ATR) RI Dr Ir Abdul Kamarzuki, Kementerian Kesehatan yang diwakili Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Setiaji, ST., M.Si., Director of Aksata E-KYC Solutions Gabriel Diana Sanjoto, Brian Cakra Head Internet of Things & Big Data Product XL Axiata; Mike Dickinson, Chief Product Officer (CPO) of Brankas. Welcome & Closing Remark ABDI Chairman, Dr Rudi Rusdiah MA yang dimoderatori oleh Heru Sutadi PhD.