Menteri PPPA RI Apresiasi Webinar PSMTI Siapkan Generasi Emas 2045

0
1535
Potret Menteri PPPA HE, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, SE., M.Si., bersama Duta Besar RI untuk Republik Rakyak Tiongkok merangkap Mongolia HE, Djauhari Oratmangun menyaksikan penandatanganan MoU PSMTI yang ditandatangani Ketua Umum PSMTI Wilianto Tanta dengan Indonesia Diaspora Network China yang ditandatangani Rudy Abraham sebagai General Treasurer, Jumat (19/08). Dok. Tangkapan Layar/ Komite.id

 

Jakarta, Komite.id – Era digitalisasi telah banyak merubah aktivitas sehari-hari masyarakat. Tanpa disadari hal ini juga telah merubah perilaku masyarakat yang hampir semuanya menggunakan digital. Terkait hal ini, peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik karakter anak untuk beradaptasi dengan teknologi. Sehingga, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) menyelenggarakan webinar dengan tema ‘Menuju Generasi Emas 2045: Tantangan Moralitas, Etika dan Spiritual Generasi Muda pada Disrupsi Dunia Digital”, Jumat (19/08).

Menteri PPPA HE, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, SE., M.Si., bersama peserta webinar Menuju Generasi Emas 2045, sedang menyimak sambutan dari Duta Besar RI untuk Republik Rakyak Tiongkok merangkap Mongolia HE, Djauhari Oratmangun, Zoom meeting, Jumat (19/08).

Ketua Umum PSMTI Wilianto Tanta menyambut baik webinar yang diketuai oleh Wakil Ketua Umum PSMTI Dept. Pendidikan sekaligus Ketua Umum Indonesia Diaspora Network – China Prof. Yenni Thamrin sebagai bentuk kepedulian PSMTI terhadap Pendidikan Anak yang diharapkan nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa Indonesia.

“Sebuah fakta yang menjadi pemikiran kita bersama untuk ikut serta berperan dalam mendidik anak untuk melahirkan generasi-generasi penerus bangsa Indonesia. Sebagai Ketua Umum PSMTI, saya sangat bangga menjadi bagian orang-orang yang peduli terhadap pendidikan anak,” ucap Wilianto Tanta dalam sambutannya, melalui virtual Zoom meeting, Jumat(19/08).

Wakil Ketua Umum PSMTI Dept. Pendidikan Prof. Yenni Thamrin mengatakan selain memiliki kecerdasan dan karakter yang membangun, pendidikan anak pada generasi milenial harus diperhatikan.

Potret diskusi antara (kiri-atas) Duta Besar RI untuk Republik Rakyak Tiongkok merangkap Mongolia HE, Djauhari Oratmangun, Ketua Umum PSMTI Wilianto Tanta, Wakil Ketua Umum PSMTI Dept. Pendidikan sekaligus Ketua Umum Indonesia Diaspora Network – China Prof. Yenni Thamrin, (kiri-bawah) Moderator Supardi Tan dan Ketua Umum China Universities Association for International Exchange Song Chao Yang, Jumat (19/08).

Sebagai Ketua Umum China Universities Association for International Exchange Song Chao Yang, mengungkapkan, “Tujuan kami untuk menjadikan para mahasiswa yang pernah menempuh pendidikan di sini menjadi alumni yang saling menguatkan dan bekerja sama dalam menjembatani pendidikan warga China ke depannya,” ungkap Song Chao Yang.

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar RI untuk Republik Rakyak Tiongkok merangkap Mongolia HE, Djauhari Oratmangun menegaskan bahwa pendidikan anak menjadi penting selaras dengan cita-cita dan impian negeri ini untuk berdaulat, maju, adil dan makmur. “Jadi dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat madani, komunitas dan pemerintah. Saya harap masyarakat Indonesia dapat menjadi masyarakat yang memiliki SDM unggul,” kata Djauhari Oratmangun.

Potret Menteri PPPA HE, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, SE., M.Si., saat menyampaikan sambutan sekaligus pemberian materi dalam webinar Menuju Generasi Emas 2045, melalui virtual Zoom, Jumat (19/08).

Perlu diketahui, mendapatkan informasi adalah hak anak. Kemajuan teknologi saat ini nyatanya telah banyak merubah aktivitas, sehingga dunia digital menjadi sangat penting bagi pendidikan anak. Dalam sambutannya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) HE, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, SE., M.Si., mengatakan bahwa remaja saat ini perlu diajarkan pengajaran terkait berselancar di dunia digital.

“Tantangan di era digital saat ini, membuat kami telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan menyediakan sarana dan informasi yang dibutuhkan sesuai umur, yaitu PISA. Kami bekerja sama dengan perpustakaan dan Kementerian Kominfo,” jelas Menteri Bintang.

Mengutip laman resmi Kemen PPPA, Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA) pusat informasi yang fokus pada penyediaan informasi terintegrasi. Tidak hanya tempat mencari informasi, tetapi juga sebagai tempat bermain, peningkatan kreativitas, dan konsultasi dengan pendekatan pelayanan ramah anak.

Selain itu, upaya lainnya dari Kementerian PPPA hadirkan Layanan Sapa 129. Menurut Mentero Bintang, Layanan Sapa 129 dapat dimanfaatkan secara cepat bagi anak dan perempuan sebagai situasi kerentanan di masa digital. “Perlu diingat, upaya ini perlu didukung oleh semua pihak untuk melindungi dan memerhatikan anak. Dimana setiap anak adalah istimewa,” pungkasnya.

Menteri PPPA menjelaskan terdapat 4 hak dasar pada anak, pertama hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk dilindungi dan hak untuk berpartisipasi.

Memasuki sesi penyampaian materi, pada webinar bertajuk Menuju Generasi Emas 2045, Zou Si Min menjadi pemateri pertama yang membahas ‘Penerapan Dizigui dan Budi Pekerti Warisan BUdaya Tiongkok untuk Generasi Emas’.

Potret Prof. Yenni Thamrin dan Zou Si Min Chairperson Zou Si Min Education Center.

Menurut Zou Si Min, bagaimana seorang anak mendapatkan pendidikan itu bergantung pada lingkungan dan pendidikan dari orang tua. “Maka, dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting. Saya berharap ke depannya bisa menjalin kerja sama dengan PSMTI dibanyak kegiatan,” ucapnya.

Adapun pemateri selanjutnya dari Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga Novita Tandry, Msc., Psy., membahas ‘Parenting Generasi Alpha’. Diketahui, Generasi Alpha merupakan anak dengan kelahiran 2010 hingga 2025. Rentan usia generasi ini dari 0 sampai 10 tahun. Sehingga, peran orang tua mendidik anak agar menjadi anak yang hebat dan dibanggakan adalah keharusan.

Potret Juliana Hidradjat, S.Psi., Psikolog, M.Th., Prof. Yenni Thamrin, Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga Novita Tandry, Msc., Psy., beserta Moderator Supardi Tan, dalam sesi Q&A, Jumat (19/08)

Dalam hal ini pentingnya komunikasi, sehingga jika orang tua salah dalam berkomunikasi maka pembicaraan menjadi tidak berarti. Terkait hal ini, terdapat tiga hal krusial yang harus diperhatikan pada saat berkomunikasi, pertama anak harus sadar bahwa mereka dikasihi, sadar bahwa mereka dipahami dan sadar bahwa mereka dipercaya.

“Kita tahu bahwa orang tua merupakan pendidikan utama bagi anak-anak dan lingkungan. Dan setiap kita harus menyadari bahwa anak-anak bukan investasi, kita tidak bisa memberikan apa yang kita tidak punya,” terang Novita.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Ariella Hana Sinjaya, S.Pd., M.Div., MH., membahas ‘Dampak Perkembangan Teknologi pada Pendidikan dan Karakter Anak’. Ariella Hana mengatakan bahwa pendidikan anak tidak hanya dari sekolah, tetapi orang tua dan pemilik SDM yang dibutuhkan. Dengan begitu generasi kita dapat memiliki karakter perkembangan yang positif, dan perkembangan teknologi yang tidak bisa dihindari ini dapat digunakan dengan baik untuk pendidikan anak,” jelasnya.

Lebih jauh, Juliana Hidradjat, S.Psi., Psikolog, M.Th., membahas ‘Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko Bagi Generasi Emas di Dunia Multikultural’. Juliana menjelaskan bahwa perilaku seksual itu sangat berpengaruh di Indonesia,” tuturnya.

Berbicara mengenai seks, maka Generasi Z sebagai rentan usia remaja dan menuju dewasa. Dalam hal ini, anak remaja rawan terhadap meningkatnya aktivitas seksual aktif maupun pasif. Karena meningkatnya rasa ketertarikan untuk merasakan kenikmatan seksual. Maka, pendidikan seksual menjadi sangat penting sebagai suatu upaya mendidik dan mengarahkan perilaku seksual secara baik dan benar.

“Ketika kita para orang tua tidak memiliki nilai-nilai, maka bagaimana anak-anak bisa meniru kita? Karena itu sekolah, orang tua, Lembaga pendidikan dan masyarakat perlu terus belajar dalam hal mendidik anak,” katanya.

Oleh HUMAS PSMTI