Telkomsel akan melakukan uji coba teknologi “satellite to mobile phone”
Jakarta, Komite.id – Berbicara mengenai adopsi teknologi, tentu tidak akan ada habisnya. Apalagi di era transformasi digital, hampir seluruh perusahaan berlomba-lomba menciptakan teknologi yang andal dan makin efisien. Salah satunya, Telkomsel. Perusahaan yang berdiri sejak 26 Mei 1995 ini, rupanya kembali menunjukkan jati dirinya sebagai ‘The Trend Setter‘ seluler di Indonesia.
Berdasarkan surat izin Kominfo pada pertengahan Agustus lalu, dan berkolaborasi dengan pabrikan satelit berskala global asal Virginia USA, Telkomsel akan melakukan uji coba teknologi “satellite to mobile phone”. Hal ini disampaikan DPA Mastel, MKE PII, dan Anggota Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas), Garuda Sugardo yang dijuluki sebagai ‘Bapak Seluler Indonesia’.
“Tahap awal percobaan adalah komunikasi SMS, seperti halnya GSM 2G pada proyek Batam-Bintan 29 tahun yang lalu,” ucap Garuda dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/09).
Tak bisa dipungkiri, semakin berkembang pesatnya industri telekomunikasi, tentu peran para tokoh industri menjadi faktor penting. Sosok Garuda, menjadi salah satu tokoh yang banyak memberikan sumbangsih kepada industri telekomunikasi di Indonesia.
Garuda menjelaskan, ketika tahun 1994 di forum rapat Depparpostel, dirinya sempat menyatakan bahwa suatu hari supir-supir truk dan tukang sayur akan memakai ponsel, serentak perkataan tersebut membuat para peserta rapat menertawainya.
Hal serupa pun terjadi pada Mei 1995 PT Telkomsel berdiri, Garuda menyampaikan bahwa seluler GSM kelak akan “memati-langkahkan” bisnis telepon kabel Telkom. Pernyataan tersebut, membuat karuan kerabat Telkom menjulukinya “Garuda Sudah Miring”.
Sebagai Kepala Proyek Pengembangan Sistem Telepon Komunikasi Bergerak (KaPro STKB) Telkom tahun 1990, Garuda menyintas jejak telepon seluler berstandar analog (1G) yang menerapkan sistem PBH dengan investor.
Selanjutnya, pada November 1993 Bapak Seluler Indonesia ini memimpin Pilot Project GSM Telkom di Batam-Bintan. Di luar dugaan khalayak, seluler digital 2G GSM sukses mengudara tepat di penghujung malam akhir tahun 1993, sekaligus menggeleparkan sinyal seluler dari “utara” yang telah bertahun-tahun menerobos masuk daratan Batam.
“Begitulah, platform teknologi seluler GSM yang mengudara sejak 1994 di negara tercinta ini, telah mengantarkan masyarakat Indonesia menjadi “mobile society.” Keempat operator telco (Telkom Group, Indosat Ooredoo Hutchinson, XL Axiata dan Smartfren), nafas hidupnya pun sampai sekarang diperoleh dari bisnis jasa seluler,” ungkap pria kelahiran 04 Desember 1949.
Pada saat Telkom mengudarakan GSM 2G di Batam dan Bintan, lanjut Garuda, Indonesia hanya ketinggalan satu-dua tahun dibandingkan negara-negara maju lainnya. Dengan kemampuan akses 64 Kbps, masyarakat saat itu amat berbangga bisa bertelepon dan SMS-an sambil bergerak.
Sejak tahun 2015, kata Garuda, kita menerapkan 4G LTE (200 Mbps), bersamanya dan akibat PPKM COVID-19 masyarakat Indonesia diantarkan ke era transformasi digital, yang mengubah kehidupan menjadi serba online.
Pasalnya, teknologi anyar rumus hidupnya adalah “memangsa” teknologi eksisting. Penggelaran masif 4G pun memaksa operator untuk switch off sistem 2G dan bertahap untuk 3G-nya. Penerapan 5G (> 1Gbps) yang sudah dimulai di Indonesia sejak tahun lalu, belum dikhawatirkan menjadi predator, karena segmen pasarnya lebih kepada ceruk industrial dan hi-end belaka.
Dalam hal ini, jika beranggapan bahwa infrastruktur seluler terestrial akan langgeng, menurut Garuda itu keliru. “Gerakan” mobile broadband satellite di Indonesia, sejatinya terangsang maju ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Stargate SpaceX, Boca Chica USA dan bertemu Elon Musk pada (15/05/22).
Tindak lanjutnya sebulan kemudian PT TelkomSat memperoleh hak labuh dari Starlink of SpaceX. Beberapa pabrikan satelit lain dari Amerika dan China pun lalu berlomba mengabarkan tentang kesiapan negara Tirai Bambu tersebut di bidang seluler satelit pita lebar.
Sehingga, Telkomsel kembali menunjukkan kepionirannya yang tak pernah padam dengan melakukan uji coba teknologi “satellite to mobile phone” pada minggu ketiga bulan September 2022.
“Keren sekali, dengan kegiatan trial di Telkomsel ini, maka Indonesia mensejajarkan diri sebagai salah satu negara yang gercep (gerak cepat) mengantisipasi teknologi seluler dengan BTS (Base Transciever Station) langit,” pungkasnya.
Dikatakan Garuda, masa depan jaringan seluler adalah mobile satellite, dan itu niscaya. “Bayangkanlah, ada sejumlah satelit yang terbang di orbit rendah non geostationary, hanya sekitar 500 km di atas kepala kita,” tuturnya lagi.
Satelit jenis ini, lanjut Garuda, membawa BTS-BTS langit untuk jasa akses “Internet From the Sky”. Ponsel yang digunakan adalah HP biasa seperti yang setia di genggaman Anda.
Sementara, ramalan masa depan seluler adalah jaringan BTS tanpa tower-tower baja yang menjulang dan mengganggu pemandangan.
“BTS Gatutkaca” yang ramah lingkungan akan merata di Indonesia pada dekade mendatang. Ini adalah future mobile satellite cellular system yang melayang di angkasa raya seraya memancarkan sinyalnya dari langit dan secara sempurna menjangkau seluruh pelosok Nusantara, No internet blank spot No digital divide at all.
Baginya, Telkomsel tetaplah terdepan. Garuda mengucapkan selamat atas uji coba komunikasi Mobile Satellite pertama dan perdana di Indonesia. “Inilah persembahan nyata dan terbaikmu menyambut Hari Bhakti Postel ke-77 pada 27 September 2022 mendatang,” tutupnya.