Menkeu Sri Mulyani : Kinerja Ekonomi Indonesia Masih Tumbuh Kuat

0
1273
Dok. tangkapan layar Komite.id

Tentu APBN harus menjadi instrumen yang terus dijaga kesehatannya, karena ke depan guncangan-goncangan masih akan terus terjadi dan kita perlu untuk terus menjaga, agar pemulihan tetap bisa berjalan secara berkeadilan,”

Jakarta, Komite.id – Tren kasus dan kematian COVID-19 terus menunjukkan penurunan, terlihat dari hampir semua negara di dunia kini telah menerapkan restriksi minimal. Sementara itu, kasus COVID-19 domestik juga mulai menunjukkan penurunan, dan Indonesia terus menyiapkan transisi pandemi menuju endemi. Sampai dengan 23 September 2022, pemerintah memberikan vaksis dosis 1 kepada 204,42 juta orang (75,7% populasi), dosis 2 kepada 171,04 juta orang (63,3% populasi), dan vaksin booster kepada 63,05 juta orang (23,3% populasi).

Perkembangan kondisi ekonomi global saat ini diwarnai dengan harga komoditas yang masih volatile, namun secara umum terdapat tendensi penurunan harga beberapa komoditas energi dan pangan seiring pelemahan prospek ekonomi global. Selanjutnya, tekanan harga komoditas memicu peningkatan inflasi global, meski di beberapa negara mulai melambat. Inflasi bulan Agustus Brazil (8,7%), Inggris (9,9%), Eropa (9,1%), Jepang (3,0%), Tiongkok (2,5%), AS (8,3). Di samping itu, perlambatan aktivitas manufaktur global semakin dalam di bulan Agustus, terutama terjadi di negara-negara besar, seperti Eropa, Tiongkok, dan AS.

Terlebih, pemulihan ekonomi terus berlanjut, namun melambat di banyak negara. Meski demikian, kinerja ekonomi Indonesia masih tumbuh kuat. Kinerja sektor eksternal Indonesia sangat positif, didukung neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus serta ekspor dan impor bulan Agustus 2022 yang merupakan tertinggi sepanjang masa. Aktivitas manufaktur Indonesia masih terus menguat dengan tekanan inflasi bulan Agustus yang semakin berkurang. Peningkatan konsumsi listrik juga berlanjut, menunjukkan terus tumbuhnya aktivitas ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan tumbuh lebih baik di tahun 2022, sejalan dengan proyeksi yang dilakukan oleh lembaga internasional terkemuka seperti ADB (5,4%), IMF (5,3%), Bloomberg (5,2%), Bank Dunia (5,1%).

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi oleh berbagai lembaga internasional pada level antara 5,1 hingga 5,4 persen untuk tahun ini, ADB bahkan melakukan revisi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, dari semula 5,2 menjadi 5,4 persen. Ini tentu karena kinerja dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua yang cukup tinggi, dan saat ini sampai kuartal ketiga juga menunjukkan aktivitas yang masih sangat cukup kuat,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi September 2022.

Kinerja Ekonomi Indonesia Masih Tumbuh Kuat Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut, didukung indikator utama yang menunjukkan kinerja yang kuat, baik dari sisi konsumsi maupun produksi. Google Mobility Indeks per 16 September 2022 di angka 19,5%, berada di atas level pandemi meski termoderasi. Indeks penjualan ritel masih cukup kuat, turut menopang pemulihan ekonomi, di mana di bulan Agustus diperkirakan tumbuh 5,4% (yoy). Mandiri Spending Indeks terus menguat di angka 132,0 per 21 Agustus 2022, sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat. Selanjutnya, di tengah perlambatan aktivitas manufaktur global, PMI Manufaktur Indonesia bulan Agustus 2022 tercatat sebesar 51,7, atau meningkat dari bulan lalu sebesar 51,3.

Kemudian, konsumsi listrik meningkat 9,7% (yoy), terutama berasal dari aktivitas bisnis dan industri. Sementara itu, inflasi tercatat sebesar 4,69% (yoy) melambat dibandingkan bulan lalu 4,94%. Dibandingkan peers, kenaikan inflasi domestik masih moderat. Hal ini tak lepas dari peran APBN yang masih menjadi jangkar terjaganya kenaikan inflasi.

Sementara itu, neraca perdagangan melanjutkan tren surplus, pada bulan Agustus mencapai USD5,76 miliar, sehingga secara kumulatif surplus NP mencapai USD34,92 miliar. Ekspor dan impor bulan Agustus 2022 juga mencatatkan capaian tertinggi dalam sejarah, yaitu Ekspor mencapai USD27,9 miliar atau tumbuh 30,15% (yoy), serta impor tumbuh 32,81% (yoy) didominasi impor bahan baku, barang modal, dan BBM. Di sektor moneter dan keuangan, volatilitas global turut berdampak terhadap arus keluar di pasar SBN, namun pasar saham masih mencatatkan inflow (ytd) sejalan dengan pemulihan ekonomi yang cukup kuat.

APBN Hadir sebagai Shock Absorber Dampak Peningkatan Risiko Global Kinerja baik APBN berlanjut hingga Agustus 2022. APBN hadir di masyarakat, melalui belanja negara dan pembiayaan investasi yang terakselerasi.Realisasi Belanja Negara hingga akhir Agustus 2022 mencapai Rp1.657,0 triliun atau 53,3% target APBN sesuai Perpres 98/2022 (Pagu).

Kerja keras APBN melalui Belanja Negara didukung oleh program pemulihan ekonomi dan upaya untuk menjaga dampak adanya ketidakpastian. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sampai dengan Agustus 2022 mencapai Rp1.178,1 triliun (51,2% dari Pagu). Belanja K/L sebesar Rp575,8 triliun (60,9% dari Pagu), utamanya dimanfaatkan untuk penyaluran berbagai bansos dan program PEN ke masyarakat; pengadaan peralatan/ mesin, jalan, jaringan, irigasi; belanja pegawai termasuk THR dan Gaji ke-13; dan kegiatan operasional K/L. Sementara realisasi Belanja Non-KL mencapai Rp602,3 triliun (44,4% dari Pagu) utamanya didukung penyaluran subsidi, kompensasi BBM dan listrik, dan pembayaran pensiun (termasuk THR dan Pensiun ke-13) serta jaminan kesehatan ASN.

“APBN yang terlihat positif sampai akhir Agustus memberikan ruang bagi kita untuk bisa membayar subsidi kompensasi yang merupakan perlindungan sangat besar kepada masyarakat kita. Sehingga tadi anggaran yang lebih dari Rp600 triliun bagi rakyat Indonesia dalam berbagai bentuk,” tambah Menkeu.

Menghadapi peningkatan risiko global, Pemerintah telah melakukan beberapa penyesuaian strategi pembiayaan melalui utang di tahun 2022, antara lain: (i) Optimalisasi SBN domestik melalui SKB III sepanjang semester II disesuaikan dengan realisasi belanja PEN, (ii) Penyesuaian target lelang SBN, (iii) Penyesuaian target SBN valas mempertimbangkan kondisi kas Pemerintah dan dinamika pasar keuangan, (iv) Upsizing SBN Ritel yang juga sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan partisipasi investor domestik, dan (v) Penarikan Pinjaman Program yang fleksibel disesuaikan dengan kondisi pemenuhan pembiayaan Pemerintah.

Kondisi global masih menghadapi tantangan berat seperti potensi resesi, isu geopolitik, risiko stagflasi, pengetatan moneter (teragresif sejak 1980), dan volatilitas komoditas global. Di lain sisi, optimisime pemulihan ekonomi domestik berlanjut didorong konsumsi masyarakat dan kinerja ekspor. Namun, tren peningkatan risiko global dan peningkatan inflasi (domestik) yang berasal dari kenaikan harga energi dan pangan global perlu terus diwaspadai. Di tengah risiko ketidakpastian global yang eskalatif, peran APBN sebagai shock absorber perlu dijaga agar tetap berfungsi optimal. Kinerja APBN bulan Agustus terjaga, ditopang kinerja pendapatan yang baik dan belanja yang tumbuh positif. Ketangguhan APBN berperan utama menopang konsolidasi fiskal 2023.

“APBN yang kinerjanya juga relatif baik, juga akan memberikan instrumen bagi perlindungan untuk masyarakat dan perekonomian, hari ini dan ke depan. Tentu APBN harus menjadi instrumen yang terus dijaga kesehatannya, karena ke depan guncangan-goncangan masih akan terus terjadi dan kita perlu untuk terus menjaga, agar pemulihan tetap bisa berjalan secara berkeadilan,” jelas Menkeu.

.