World Marketing Forum 2022, Hadirkan The Father of Marketing, Menparekraf dan Putra Bali

0
1341
Dok. WMF

“Pertumbuhan industri pariwisata di era pascapandemi menyoroti perlunya penerapan sustainable tourism, yang merupakan strategi untuk mempromosikan pariwisata…”

Jakarta, Komite.id Kedua kalinya, World Marketing Forum 2022 resmi digelar di Museum Puri Lukisan Ubud, Bali, Kamis (06/10). Gelaran acara ini, sebagai perayaan utama Ubud Oktoberfest 2022 atas inisiatif Hermawan Kartajaya dari Indonesia Marketing Association (IMA) dan Sadayoshi Fujishige Japan Marketing Association (JMA) yang didukung Asia Marketing Federation (AMF) dan Asia Council for Small Business (ACSB).

WMF secara perdana diadakan pada 21-22 Oktober 2021 silam di Kenchoji Temple, Kamakura, Jepang. Setelah menjadi tuan rumah pertemuan Asia Pacific Marketing Federation (APMF) di tahun 1996, yang saat itu berlangsung di Bali, IMA kembali menjadi tuan rumah pertemuan offline yang mengundang peserta dari berbagai penjuru dunia.

Dengan mengangkat topik sustainable marketing, WMF 2022 mengundang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno menjadi salah satu pembicara. “Pertumbuhan industri pariwisata di era pascapandemi menyoroti perlunya penerapan sustainable tourism, yang merupakan strategi untuk mempromosikan pariwisata sebagai industri strategis dan mengatasi masalah global,” ucap Menteri Sandiaga, dalam keterangan tertulis yang diterima Komite.id, Kamis (06/10).

Menteri Sandiaga, menekankan bagaimana saat ini Kemenparekraf berupaya untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak disebabkan oleh fakta bahwa pariwisata berkelanjutan bersifat multidimensi dan melibatkan berbagai komunitas.

“Saya berharap acara ini dapat berjalan dengan lancar dengan membawa bekal yang bermanfaat bagi seluruh peserta yang hadir. Sehingga wawasan tersebut dapat memulihkan pariwisata dan merangsang perekonomian untuk menciptakan peluang usaha dan kerja yang seluas-luasnya dan berkualitas,” tutup Sandi.

Sebagai salah satu acara marketing terbesar di dunia, WFM 2022 menghadirkan ratusan pegiat pemasaran di seluruh dunia. Sebagai Co-Founder of World Marketing Forum sekaligus Founder & Chairman MarkPlus, Corp Hermawan Kartajaya, dengan bangga membuka acara WFM 2022.

“Berbeda dari yang lain, kami selaku penyelenggara menjaga kemurnian acara ini tanpa komersialisasi. Tahun lalu, kami membawa semangat Kamakura, dan sekarang kami membawa semangat Ubud. Semangat yang sama dengan sentuhan tradisinya,” buka Hermawan Kartajaya.

Hermawan menegaskan agar pemasaran perlu berkontribusi pada manfaat di luar kepentingan komersial, termasuk kesejahteraan sosial dan ketenangan spiritual.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Philip Kotler yang dikenal sebagai The Father of Modern Marketing, memaparkan beragam topik menarik termasuk Sustainable marketing. sustainable marketing sangat penting untuk diterapkan. Dua hal yaitu keberlanjutan dan profitabilitas harus diseimbangkan sebagai tujuan utama perusahaan. Sustainability akan meningkatkan daya saing perusahaan dalam jangka panjang,” tutur Kotler.

Kotler juga melihat adanya 3 trend pemasaran baru yang perlu diterapkan perusahaan. Yaitu trend ke arah degrowth marketing, peace marketing dan customer science.

Dari ketiga tren tersebut, yang menarik perhatian luas adalah peace marketing. Bukan hanya karena adanya sejumlah peperangan di dunia saat ini seperti Ukraina dan Rusia, tetapi juga karena bisnis akan berkembang bagus dalam suasana damai.

Selain itu, Philip Kotler juga menjelaskan bagaimana saat ini strategi pemasaran perusahaan harus didorong bukan oleh pemegang saham, namun oleh pemangku kepentingan. Hal ini dilakukan agar upaya pemasaran dapat berfokus pada kebutuhan, bukan keinginan.

“Pastikan strategi anda berfokus pada Human to Human, meski Anda ingin menggunakan mesin atau AI di masa depan, buatlah AI bekerja dengan manusia, bukan mengganti atau melawan,” ujar Kotler.

Tak hanya itu, acara ini juga dibuka oleh Sekretaris Jenderal IMA, Taufik membahas mengenai filosofi hidup yang berasal dari kearifan lokal Bali ‘Tri Hita Karana’ menjiwai pelaksanaan forum pada tahun ini.

“Filosofi ini menerangkan bagaimana hubungan harmonis antara manusia terhadap Tuhan, dan alam saling melengkapi berbagai upaya penyebaran ilmu, khususnya ilmu pemasaran dalam memberikan manfaat terhadap banyak orang,” jelas Taufik.

Menutup sambutannya, Deputy Chairman MarkPlus Corp tersebut juga mengapresiasi upaya Philip Kotler dan Hermawan Kartajaya yang terus menyuarakan Sustainable Marketing. “Saya juga ingin menghargai kontribusi dalam memajukan konsep “sustainability” di dunia pemasaran yang akhir-akhir ini menjadi kata kunci di era pasca-pandemi,” lanjut Taufik.

Sementara pada sesi kedua, Ida Bagus Gede Sidharta Putra yang akrab disapa Gusde ini menyambut gelaran WMF dengan menyatakan, “Pandemi ini memberi kami banyak pelajaran untuk memikirkan kembali, menyelaraskan dan menghadapi sustainability,” terang Ida.

Di sisi lain, Tjokorda Gde Putra Sukawati alias Cokorda Putra menyampaikan rasa syukur atas digelarnya WMF di Ubud, Bali. “Ubud adalah destinasi budaya yang mapan, sejak 1920, kolaborasi sudah kami perkuat dengan membangun museum yang mendatangkan seniman asing untuk berkolaborasi dengan seniman lokal,” imbuh Cokorda Putra.

Sebagai informasi, acara ini dilanjutkan dengan berbagai sesi menarik lainnya seperti ‘Technology for Humanity’ yang dimoderasi oleh Gwen Albaraccin CEO Center for Pop Music Philippines, Inc., sesi Entrepreneurial Marketing for ASEAN’s SME yang dimoderasi oleh Ardhi Ridwansyah (COO MarkPlus Institute), sesi Practice and Challenges of Entrepreneurial Marketing in Asia yang dimoderasi Prof. Kim Boo Jong, Presiden dari AMF dan diawali dengan keynote speech dari Wakil Ketua ACSB, Dr. Chatpracha Sonklien.

Forum hari pertama akan ditutup dengan sesi wine testing bersama Hatten Wines yang akan dipimpin Somchat Visitchaichan dan dipandu Ni Nyoman Kertawiyawati sebagai Head of Hatten Education Center and WSET Educator.