Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat, Kominfo Gelar Webinar Budaya Membaca dan Kritis di Media Sosial

0
894
Potret kegiatan Webinar “Budaya Membaca dan Kritis di Media Sosial", Rabu, (02/11). Dok. Kominfo dan GNLD

 

Jakarta, Komite.id – Saat ini, media sosial menjadi platform paling diminati untuk mencari suatu Informasi karena tidak mengenal batas ruang dan waktu. Semua orang bisa mendapatkan segala informasi dari belahan dunia manapun di media sosial dengan bebas. Terkait itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi mengadakan kegiatan Webinar tentang “Budaya Membaca dan Kritis di Media Sosial”, Rabu (02/11) pukul 15.00-17.00 WIB.

Tujuan hadirnya webinar ini untuk mendukung peningkatan skill masyarakat di media digital, peran masyarakat yang cakap akan dunia digital sangat penting, sehingga mampu tercapainya target kumulatif sebesar 50 juta orang terliterasi di tahun 2024.

Pasalnya, tsunami informasi yang menyebar tidak terkendali seperti saat ini jika tidak ditanggapi dengan bijak bisa menyebabkan kegagalan dalam membedakan informasi fakta dan bohong.

Dalam hal ini, Komite Kampanye dan Publikasi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Puji F. Susanti mengajak pengguna media sosial untuk teliti dalam menerima informasi. “jangan hanya membaca judul tapi pahami semua isi suatu informasi yang kita terima. Selanjutnya cek sumber informasi serta perhatikan hak cipta dan copyright jika kita mengutip karya orang lain,” jelas Puji dalam keterangan tertulis yang diterima Komite.id, Rabu (02/11).

Berdasarkan Penelitian We Are Social Hootsuite per Februari 2022 di indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet dan pengguna media sosial aktif mencapai 191,4 juta. Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 berada pada level “sedang” dengan skor 3,49. Pengukuran dengan Kerangka Indeks Literasi Digital tahun 2021 ini menggunakan empat pilar, yaitu Kecakapan Digital, Etika Digital, Keamanan Digital, dan Budaya Digital. Karena masih berada di level “sedang”, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD melakukan berbagai kegiatan seperti webinar untuk meningkatkan kecakapan Digital Masyarakat.

Sehingga, budaya kritis dan membaca di ruang digital sangat diperlukan supaya kita tidak termakan informasi bohong di media sosial. “Kritisi setiap informasi yang kita terima jika perlu cari pembanding dari sumber yang lain. Usahakan cari informasi di media sosial dari media yang sudah jelas kredibilitasnya,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Dosen London School of Public Relations (LSPR) Okky Alparessi, budaya membaca di ruang digital diperlukan agar kita terhindar dari hate comments dan hate Speech. “Jika kita membaca suatu informasi secara menyeluruh dan kita bersikap kritis maka bisa kita bisa terhindar dari komen negatif. Biasa seorang melancarkan komentar negatif akibat terhasut oleh suatu informasi yang tidak dibaca dipahami dengan teliti,” imbuh Okky.

Lebih lanjut, Okky menghimbau orang tua untuk menjadi garda terdepan dalam menerapkan budaya membaca di media sosial. “Terapkan budaya membaca agar anak bisa kritis dalam menanggapi suatu informasi di media sosial. Jika membaca telah menjadi budaya maka literasi di media sosial akan mudah diterapkan,” jelasnya.

Dalam kesempatan terakhir, Ketua SubKomisi Media Baru Lembaga Sensor Film Indonesia Andi Muslim mengatakan, untuk menghadapi penyebaran informasi media sosial saat ini harus lebih berhati-hati. “Kita harus cerdas dalam menyaring informasi agar dapat menangkal berita bohong di media sosial. Baca informasi yang kita terima dengan teliti dan periksa kebenaran informasi tersebut serta laporkan jika menerima suatu informasi yang terindikasi bohong,” terangnya.

Andi juga mengajak pengguna media sosial untuk meningkatkan kecakapan digital agar terhindar dari berbagai berita bohong. “Kita bisa disebut cakap digital jika telah paham akan perangkat lunak dan perangkat kerasnya. Setiap kita diharapkan bisa mengoptimalkan penggunaan perangkat digital demi terciptanya ruang digital yang aman, nyaman dan berbudaya,” tutupnya.