Jakarta, Komite.id – Dalam rangka mendukung Kebaya Goes To UNESCO, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) melalui PSMTI Departemen Peranan Perempuan bersama Persaudaraan Wanita Tionghoa Indonesia (Perwanti) – PSMTI bergabung menjadi salah satu komunitas perempuan yang hadir mengikuti Parade Budaya Nusantara di Car Free Day (CFD) dengan rute Sarinah-Thamrin-Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu, (06/11) pukul 06.00 – 10.00 WIB.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menghadirkan 115 komunitas perempuan di seluruh Provinsi Indonesia berjalan beriringan Berkebaya kain Nusantara sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang telah mendunia. Melalui parade ini, BNPT mengajak masyarakat untuk melestarikan budaya asli Indonesia guna menangkal paham radikalisme, aksi terorisme dan intoleransi melalui berkebaya. Dalam hal ini, hadir sekitar 300 wanita dari PSMTI Dept. Peranan Perempuan dan Perwanti – PSMTI yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
“Radikal terorisme itu bisa kami cegah dengan penguatan jadi diri bangsa kita. Penguatan ini diyakini dapat menjadi ketahanan kita dalam aspek budaya dan termasuk ketahanan dalam menghadapi berbagai ideologi transnasional yang jauh dari kepribadian bangsa Indonesia,” ungkap Kepala BNPT RI, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., dalam acara Parade Budaya Nusantara, di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (06/11).
WKU Dept. Peranan Perempuan PSMTI, Dr. Dewi Susilo Budhihardjo, S.E, S.H, M.H. mengungkapkan bahwa Parade Budaya Nusantara kali ini PSMTI hadir bukan hanya sebagai pendukung acara yang digelar BNPT dengan Kementerian/Lembaga dan seluruh komunitas perempuan, tetapi juga sebagai keterlibatan PSMTI Dept. Peranan Perempuan dalam arus besar bangsa dan negara.
“PSMTI Dept. Peranan Perempuan menyadari bahwa ini adalah kegiatan sosial kemasyarakatan yang memang kita harus ikut terlibat dalam arus besar bangsa dan negara. Sebuah event yang memang menjadi keharusan kita masuk dalam arus besar ini. Seperti yang kita lihat acara hari ini begitu luar biasa dan efeknya adalah nama PSMTI banyak dikenal dan didengar masyarakat,” jelas Dewi Susilo.
Efek tersebut bisa dilihat dengan besar dan banyaknya masyarakat yang ingin terlibat dalam komunitas PSMTI. Artinya kita yang awalnya tidak percaya diri, hanya 50 – 100 orang yang kita daftarkan kepada panitia ternyata bisa melambung jumlahnya mencapai 300. Hal ini menandakan bahwa PSMTI mulai dikenal, mulai dicintai dengan kita terlibat dalam arus besar bangsa dan negara ini,” tutur perempuan yang dikenal sebagai aktivitis perlindungan anak.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perwanti – PSMTI Prof. Yenni Thamrin mengatakan sangat senang dan bangga bahwa PSMTI bisa terus terlibat dalam berbagai kegiatan di masyarakat yang sifatnya membangun. “Keikutsertaan Perwanti – PSMTI dengan PSMTI Dept. Peranan Perempuan ini merupakan wujud kebersamaan kami sebagai perwakilan wanita Tionghoa Indonesia kami punya tanggung jawab untuk ikut serta dan mempunyai impian bahwa Kebaya itu akan Goes To UNESCO, dan melalui kerja sama kita semua, akhirnya kebaya bisa sukses masuk ke UNESCO. Kami berharap bisa semakin solid dan saling mendukung antar sesama wanita,” ucap Prof. Yenni Thamrin.
Seperti yang diketahui, Perempuan rentan terpapar virus radikalisme. Parade yang diikuti oleh lebih dari 10 ribu orang ini diharapkan dapat mendorong peran perempuan dalam upaya pencegahan terorisme serta untuk memperjuangkan “Kebaya Goes to UNESCO sebagai Nominasi Tunggal”. Dalam hal ini BNPT juga mendapatkan piagam penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia sebagai Pemrakarsa Parade Budaya Nusantara Komunitas Terbanyak.
Pada kesempatan terakhir, WKU PSMTI Dep. Peranan Perempuan dan Ketum Perwanti – PSMTI melanjutkan diskusi bersama terkait rencana program organisasi selanjutnya. Turut hadir Departemen Humas dan Media PSMTI Pusat.
Oleh HUMAS PSMTI Pusat