Jakarta, Komite.id – Saat ini kasus pencurian data tengah menjadi perhatian publik. Tak hanya di Indonesia, hampir seluruh negara di belahan dunia pun turut mengalami hal yang serupa. Dalam hal ini, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Komunikasi BSSN Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Ferdinand Mahulette, menyebutkan bahwa pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengamankan data pribadi masing-masing. Hal ini disampaikan dalam Websummit DataSecurAi 2023, Kamis (09/03/23) yang memaparkan tentang “Data, Asset Penting yang Perlu Diamankan”.
Sejalan dengan amanat Presiden Republik Indonesia pada 16 Agustus 2019, Bapak Joko Widodo menyampaikan bahwa, “Kita harus siaga menghadapi ancaman kejahatan siber termasuk kejahatan penyalahgunaan data. Data adalah jenis kekayaan baru bangsa kita, kini data lebih berharga daripada minyak. Dalam bidang pertahanan keamanan, kita juga harus tanggap dan siap menghadapi “perang siber”,” papar Brigjen TNI Ferdinand saat menjadi narasumber dalam sesi Diskusi Panelis Websummit DataSecurAi 2023, Kamis (09/03/23).
Sebagaimana yang diketahui, bahwa ancaman negara ke depan tidak hanya pada ancaman militer yang bersifat fisik tetapi juga ancaman siber sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari.
“Setiap saat, setiap hari dan setiap waktu kita berada di ruang siber, karena kita berada di ruang siber, otomatis ada hal-hal yang memberikan nilai keuntungan kepada kita, di samping itu juga ada nilai kerugian,” kata Brigjen TNI Ferdinand.
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah menyiapkan Roadmap Digital Indonesia 2021-2024 yang terdiri dari 4 sektor strategis, di antaranya Infrastruktur Digital, Pemerintahan Digital, Ekonomi Digital dan Masyarakat Digital.
“Kita sebagai Kementerian/Lembaga harus mengikuti anjuran dan kesepakatan bersama untuk meningkatkan dan bagaimana bermigrasi dari hidup sebelum era digital menjadi masuk ke digital. Artinya, sekarang dengan adanya program pemerintah terkait dengan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), semua Kementerian, Lembaga, Institusi maupun daerah berlomba-lomba membuat transformasi digital di bidang masing-masing sesuai dengan kebutuhannya,” lanjut Brigjen TNI Ferdinand.
Dikatakan Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Komunikasi BSSN Ferdinand, bahwa dalam proses migrasi dari sebelum digital menjadi sesuatu yang bersifat digital, maka unsur keamanan siber sangat penting untuk diperhitungkan.
“Ini sebagai ilustrasi gambar kondisi siber Indonesia, saat ini banyak hal yang harus kita benahi, masalahnya kita berlomba-lomba masuk ke ruang digital dan membangun infrastruktur digital tanpa memperhatikan keamanan,” jelasnya lagi.
Disampaikan Brigjen TNI Ferdinand, hal ini merupakan tanggung jawab kita untuk memperbaiki ruang digital saat ini. “Bukan hanya berada di pundak pemerintah semata, tetapi merupakan tugas kita bersama,” Imbuhnya.
Brigjen TNI Ferdinand menuturkan bahwa, ruang digital dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang. Yang pertama yakni akan memberikan manfaat siber yang cukup baik yakni menghasilkan lebih dari 2.000 start-up, 6 unicorn, 1 decacorn dan 158 fintech. Selanjutnya dari segi ekonomi digital, di tahun 2020 Indonesia mendapatkan keuntungan USD 44 M, dimana diharapkan di tahun 2025 Indonesia akan memperoleh keuntungan dari ekonomi digital mencapai USD 124 M.
Namun dalam hal ini, masih banyak dari industri telekomunikasi dan informatika yang bermain di ruang siber hanya untuk kepentingan pribadi tanpa melihat kepentingan secara negara. Sehingga kita tidak memiliki kedaulatan dan ketahanan untuk mengamankan diri sendiri.
Di samping manfaat-manfaat tersebut, kejahatan siber juga telah mengintai di setiap saat kehidupan. Pasalnya, dapat dirasakan melalui ancaman serangan di berbagai negara yang telah berubah. Sebelumnya, ancaman yang dapat dirasakan berawal dari invasi militer secara fisik kini menjadi invasi yang sudah beralih kepada serangan siber.
Untuk dapat bersiap diri dari serangan siber tersebut, maka Brigjen TNI Ferdinand menjelaskan bahwa, inti dari mengamankan siber yakni bagaimana meningkatkan kesadaran kita untuk memberikan perlindungan terhadap data pribadi. Kesadaran keamanan mengenai privasi masih rendah. Dimana, masyarakat masih dengan sukarela memberikan data pribadi di media sosial.
“Kesadaran kita dalam mengamankan data pribadi di ruang siber ini masih lemah, kenapa masih lemah? Karena kita belum punya pemahaman. Perlu banyak literasi dari lembaga-lembaga pendidikan, lembaga sosial masyarakat, untuk bagaimana dapat menggunakan media sosial secara bijak,” paparnya.
Terkait hal tersebut, Ferdinand Mahulette menyebutkan bahwa dalam perlindungan data (Data Protection) ada dua hal yang harus diperhatikan yakni, data security dan data privacy. Data Security dapat diartikan sebagai upaya untuk melindungi data dan informasi dari akses yang tidak sah, penghapusan dan pencurian, melalui penerapan seluruh aspek keamanan informasi mulai dari keamanan fisik, kebijakan hingga keamanan perangkat lunak. Sementara, Data Privacy berkaitan dengan penanganan, pemrosesan, penyimpanan dan penggunaan informasi pribadi yang tepat.
Lebih lanjut, Brigjen TNI Ferdinand memaparkan peran pemilik data dalam perlindungan data pribadi antara lain, Update perangkat lunak secara berkala, Memasang antivirus, Jangan asal klik terhadap tautan atau link yang mencurigakan, Gantilah password secara berkala dan jangan gunakan password yang sama untuk akun-akun lainnya yang berbeda, Bijak dalam menyebarkan informasi di media sosial, dan terakhir, jika sampai terjadi kebocoran data kita harus tetap Waspada terhadap modus kejahatan yang memanfaatkan data tersebut.