Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo, telah berhasil menempatkan Satelit Republik Indonesia 1 (SATRIA-1) ke orbit dengan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat dan disaksikan secara langsung dari 11 lokasi stasiun bumi yang ada di 11 kabupaten dan kota pada Minggu (18/6) waktu Florida, Amerika Serikat, atau Senin pagi waktu Indonesia.
Satelit SATRIA-1 merupakan satelit multifungsi milik pemerintah Republik Indonesia berteknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) yang diharapkan dapat menyalurkan internet dengan kapasitas mencapai 150Gbps. Satelit ini akan menjadi yang terbesar di Asia dan nomor lima di dunia dari sisi kapasitas, untuk kelas di atas 100Gbps. Kapasitas yang besar ini diperuntukkan untuk mengatasi kesenjangan digital di wilayah-wilayah pelosok terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Tanah Air yang tidak dapat diatasi dengan teknologi seperti base transceiver station (BTS), microwave link, dan serat optik.
Menimbang pertumbuhan ekonomi Indonesia serta pertumbuhan penduduk pengguna internet yang cukup pesat, maka diperkirakan kapasitas yang diperlukan oleh Indonesia untuk mengurangi kesenjangan digital diberbagai daerah akan melampaui 1 Tbps. Jumlah satelit yang dibutuhkan akan tergantung dari kapasitas dari masing-masing satelit yang akan digunakan.
Infrastruktur satelit ini merupakan program yang sangat strategis. Oleh karenanya telah dimasukkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional seperti tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Satelit SATRIA-1 merupakan proyek yang mengambil skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan Konsorsium PSN sebagai pemenang lelang pada tahun 2019. Konsorsium atau Badan Usaha Pelaksana (BUP) tersebut dinamakan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT).
“Peluncuran Satelit Republik Indonesia, SATRIA-1 merupakan bagian penting perjuangan untuk hadirkan koneksi lewat angkasa. Satelit SATRIA-1 hadir untuk menuntaskan kekurangan konektivitas pada layanan publik pemerintahan di seluruh pelosok Indonesia. Kita bersyukur satelit ini telah dapat menempati orbit, sekaligus terus berdoa agar dapat difungsikan dengan semestinya sesuai kerangka waktu yang dijadwalkan,” papar Pelaksana tugas Menkominfo RI, Mahfud MD.
Presiden RI Joko Widodo ikut mengapresiasi peluncuran Satelit SATRIA-1. Jokowi berharap peluncuran SATRIA-1 tersebut bisa menciptakan pemerataan pembangunan infrastruktur digital pelayanan publik di Indonesia.
SATRIA-1 akan meningkatkan layanan masyarakat di fasilitas publik, meningkatkan produktivitas bangsa Indonesia, memajukan pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi perdesaan seiring internet meluasnya keterjangkauan jaringan internet hingga ke pelosok negeri, dari Sabang sampai Merauke. Terdapat titik-titik layanan publik yang terdiri atas sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia yang akan dilayani oleh satelit ini. Kondisi geografis Indonesia yang cukup menantang dalam penyediaan jaringan teresterial merupakan alasan utama sehingga teknologi satelit menjadi solusi yang tepat-guna dalam mengentaskan kesenjangan akses broadband internet.
SATRIA direncanakan akan memiliki 11 stasiun bumi/Gateway di beberapa lokasi yang tersebar di Indonesia antara lain di Batam, Cikarang, Banjarmasin,Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika dan Jayapura. Wilayah di sekitar lokasi gateway ini akan masuk ke dalam cakupan layanan SATRIA. Cikarang akan menjadi lokasi untuk Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer, Network Operation Control dan Gateway Proyek SATRIA yang merupakan satu kesatuan dari proyek.
Adapun Lokasi stasiun bumi ditentukan berdasarkan beberapa faktor seperti, sebaran geografis kapasitas pita lebar lewat satelit, Ketersediaan pita spektum frekuensi dan Ketersediaan fasilitas infrastruktur yang mendukung pengoperasian stasiun bumi untuk gateway (antara lain kualitas jaringan listrik daerah, jaringan terestrial fiber optic, dsb).
Setelah peluncuran, Satelit SATRIA-1 dengan total kapasitas transmisi 150 Gbps, yang merupakan terbesar di Asia ini, membutuhkan waktu empat hingga lima bulan proses orbit raising untuk sampai dan menempati slot orbit 146 derajat BT tepat di atas Papua, Indonesia.
Yuk Kenal Lebih Jauh Satelit Terbesar Di Asia Ini
SATRIA adalah singkatan dari Satelit Republik Indonesia. Proyek SATRIA ini adalah sebuah proyek kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) untuk meluncurkan satelit multifungsi, yang merupakan upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengentaskan kekurangan konektivitas pada layanan publik pemerintahan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), dan juga daerah perbatasan.
Tujuan diadakannya SATRIA
Untuk menghadirkan koneksi ke berbagai layanan publik pemerintah di seluruh wilayah Indonesia khususnya di daerah 3T dan perbatasan.
- Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan cukup menantang dalam penyediaan jaringan terestrial (misal dengan kabel dan menara BTS), sehingga teknologi satelit menjadi solusi yang tepat-guna dalam mengentaskan kesenjangan akses internet broadband.
- Terdapat sejumlah titik layanan publik yang akan dilayani oleh satelit SATRIA, titik-titik ini mencakup sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan.
Dasar Hukum Proyek SATRIA
- Dasar Undang-Undang, UU / peraturan yang menjadikan proyek SATRIA harus diadakan.
- Proses Lelang, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) telah melaksanakan proses pelelangan pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Satelit Multifungsi (Proyek KPBU Satelit Multifungsi) dan menetapkan Konsorsium PSN sebagai pemenang lelang pada 26 April 2019.
- Pendirian Badan Usaha Pelaksana (BUP), Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, disebutkan bahwa pemenang lelang yaitu Konsorsisum PSN harus mendirikan Badan Usaha Pelaksana (BUP) yang akan menandatangani perjanjian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha. Adapun nama BUP Proyek KPBU Satelit Multifungsi ini adalah PT Satelit Nusantara Tiga (SNT).
Proyek SATRIA dimulai sejak Penandatanganan Perjanjian Kerjasama dimana Menteri Komunikasi dan Informatika sebagai Penanggung Jawab Pelaksana Proyek (PJPK), dan PT Satelit Nusantara Tiga sebagai BUP sudah menandatangani Perjanjian Kerjasama Proyek KPBU Satelit Multifungsi pada tanggal 03 Mei 2019 di Museum Nasional Indonesia, Jln.Medan Merdeka Barat No.12, Jakarta Pusat. sedangkan Konstruksi SATRIA dimulai dengan ditandatanganinya Preliminary Working Agreement (PWA) antara PT SNT sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP) proyek SATRIA dan Thales Alenia Space pada tanggal 3 September 2020; kemudian proses konstruksi berlangsung sejak 2020 hingga 2023.
Proyek SATRIA diadakan menggunakan skema proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU); dengan kata lain badan usaha pelaksana (BUP, dalam hal ini PT. Satelit Nusatara Tiga) berinvestasi untuk membangun, meluncurkan, dan mengoperasikan satelit multifungsi, atas permintaan pemerintah Republik Indonesia (dalam hal ini Kemkominfo melalui BAKTI) yang akan mengembalikan nilai investasi tersebut melalui pembayaan Ketersediaan Layanan (Availability Payment).
Availability Payment merupakan Pembayaran secara berkala oleh Kemkominfo sebagai Penanggung Jawab Pelaksana Proyek (PJPK) kepada PT. Satelit Nusantara Tiga sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP) atas tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kerjasama.
Adapun Komponen Biaya Komponen biaya yang dibayarkan melalui skema Availability Payment ini melingkupi: biaya modal, biaya operasional, ongkos pembiayaan (financing cost), dan keuntungan wajar yang diinginkan oleh BUP.
Spesifikasi Satelit SATRIA-1, yaitu:
- Merupakan satelit Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan pita frekuensi Ka pertama di Indonesia.
- Satelit SATRIA akan menjadi satelit dengan kapasitas terbesar di Asia dengan total kapasitas 150 Gbps.
- Diproduksi oleh Thales Alenia Space, Prancis.
- Memiliki 5 panel surya untuk setiap sayap solar array.
- Memiliki 3 antena reflector.
- Memiliki 116 spot beams untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
- Memiliki teknologi pemrosesan digital terbaru.
- Merupakan satelit pertama di Asia yang mengadopsi bodi Spacebus Neo Level 6.
- Memiliki prosesor transparan digital.
- Memiliki mekanisme 4 pendorong listrik.
- Akan diluncurkan dengan roket Falcon 9 oleh SpaceX milik Elon Musk, dari Cape Canaveral, Florida, AS; dengan bobot 4,6 ton.
- Memiliki masa guna minimal 15 tahun
- Akan mengorbit di slot orbit 146° E.