Jakarta, Komite.Id – Platform media sosial X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter akan mulai mengumpulkan informasi biometrik dan pekerjaan penggunanya, menurut pembaruan kebijakan privasi perusahaan pada hari Kamis (31/8). Mengutip dari Bloomberg, platform milik Elon Musk tersebut menolak menjelaskan jenis data biometrik apa yang akan dikumpulkan tetapi dilakukan untuk tujuan yang baik.

Namun secara umum akan cenderung mengandalkan biometrik, seperti sidik jari, pemindaian wajah, tone suara dan DNA untuk mengautentikasi orang saat mereka masuk, atau, dalam kasus bank atau perusahaan pembayaran, saat pengguna melakukan transaksi. Secara teoritis X menjelaskan bahwa mereka dapat mengumpulkan informasi biometrik dari pengguna melalui foto atau video, dengan meminta mereka menyalakan kameranya. Namun hal ini juga belum dijelaskan bagaimana sistem ini akan bekerja.

“Ini juga akan membantu kami menghubungkan, bagi mereka yang memilih, sebuah akun dengan orang sungguhan dengan memproses tanda pengenal yang dikeluarkan pemerintah. Ini juga akan membantu X melawan upaya peniruan identitas dan membuat platform lebih aman,” kata X dalam sebuah pernyataan resminya.

Kebijakan privasi perusahaan yang baru-baru ini diperbarui, yang merinci cara mereka mengumpulkan dan memproses informasi pengguna, kini menyatakan bahwa perusahaan dapat menyimpan dan menggunakan data biometrik “untuk tujuan keselamatan, keamanan, dan identifikasi.” Perubahan tersebut saat ini belum diterapkan dan baru akan mulai berlaku pada tanggal 29 September.

Di tengah-tengah akan diberlakukannya kebijakan tersebut, X Corp terseret dalam gugatan class action yang diusulkan pada Juli 2023 atas klaim bahwa pengumpulan datanya melanggar Undang-Undang Privasi Informasi Biometrik di negara bagian Illinois, Amerika Serikat (AS). Gugatan tersebut menuduh bahwa X belum memberikan informasi yang memadai kepada individu bahwa mereka mengumpulkan dan/atau menyimpan pengenal biometric ereka di setiap foto yang memuat wajah.

Selain data biometrik, X juga mengatakan pihaknya berencana mengumpulkan informasi tentang pekerjaan dan riwayat pendidikan pengguna. Perusahaan media sosial saingan Meta itu mengklaim data tersebut dibutuhkan agar mereka bisa merekomendasikan pekerjaan potensial bagi pekerja.

“Kami dapat mengumpulkan dan menggunakan informasi pribadi Anda (seperti riwayat pekerjaan Anda, riwayat pendidikan, preferensi pekerjaan, keterampilan dan kemampuan, aktivitas dan keterlibatan pencarian kerja, dan sebagainya) untuk merekomendasikan pekerjaan potensial bagi Anda, untuk dibagikan kepada calon pemberi kerja ketika Anda melamar pekerjaan, agar pemberi kerja dapat menemukan kandidat potensial, dan menampilkan iklan yang lebih relevan kepada Anda,” kata X dalam kebijakan privasinya yang diperbarui.

Rencana untuk mengumpulkan data biometrik juga dikaitkan dengan upaya untuk membersihkan platform dari bot. Kebijakan ini diberlakukan karena Musk ingin mengubah platform X menjadi aplikasi segalanya. Karena itu X menggabungkan fitur-fitur tambahan, untuk mencari pekerjaan dan pembayaran.

Rencananya X akan me,uncurkan fitur baru yang disebut X Hiring dalam dalam versi beta. Fitur ini memungkinkan perusahaan mempublikasikan iklan lowongan kerja, seperti di LinkedIn.

Keputusan untuk mulai mengumpulkan data biometrik juga dapat dikaitkan dengan rencana penggunaan PassKeys. Platform X ingin memperkenalkan PassKeys, jenis standar otentikasi tanpa kata sandi.

Pengenalan passkey berpotensi menjadi perlindungan terhadap jenis serangan cyber tertentu seperti phishing, di mana penjahat siber menggunakan email palsu, menyamar sebagai rekan kerja misalnya, untuk mengumpulkan detail login.

Sejumlah kalangan menilai langkah terbaru X ini menunjukkan pergeseran ke arah verifikasi identitas yang lebih kuat bagi para penggunanya. Namun, hal itu juga dapat menimbulkan masalah yang signifikan. Bisa jadi pengguna X akan sangat berhati-hati saat memberikan informasi identitas. Sebab, data yang sangat pribadi seperti biometrik dapat membuka pintu bagi penyalahgunaan yang serius.