Jutaan iPhone Terbaru Gagal Terjun Gara-Gara Aksi China

0
886

Jakarta, Komite.id – Pemerintah China memperluas larangan penggunaan iPhone ke pegawai pemerintah daerah dan perusahaan milik negara, setelah sebelumnya melarang pegawai negeri untuk menggunakan HP buatan Apple tersebut.

Dampak pelarangan ini sangatlah besar, mengingat China punya lebih dari 150 ribu perusahaan milik negara, dengan jumlah pegawai lebih dari 56 juta orang pada tahun 2021 lalu.

Seberapa besar dampaknya ke Apple? Menurut analis Bank of America, jika larangan tersebut hanya dikenakan ke pegawai negeri, penjualan iPhone di China berpotensi turun sebanyak 5 sampai 10 juta unit. Angka ini bisa meningkat dua kali lipat jika larangannya diperluas.

Perjanjian terbaru antara Apple dan Qualcomm akan membantu bisnis raksasa chip tersebut. Menurut perkiraan UBS, sekitar 21% pendapatan Qualcomm pada tahun 2022, setara dengan $44,2 miliar, berasal dari Apple. Hingga saat ini Qualcomm  terus menyediakan modem 5G untuk lini iPhone. Namun, Apple mencoba membangun modemnya sendiri untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada Qualcomm.

Para analis memperkirakan ambisi Apple untuk mandiri dari Qualcomm akan menghadapi kesulitan. Pasalnya, chip Qualcomm sangat rumit untuk dibuat sendiri.

Selain menjual chip, Qualcomm juga menghasilkan uang dari biaya lisensi seluler untuk perangkat Apple. Nilainya akan meningkat menjadi sekitar $1,9 miliar pada tahun 2022, menurut perkiraan UBS.

Qualcomm  terus mengumpulkan royalti dari Apple berdasarkan perjanjian enam tahun. Namun pada tahun 2019 lalu sempat terjadi sengketa hak cipta antara Apple dan Qualcomm yang kini telah terselesaikan.

Qualcomm mengatakan akan memasok 20% modem 5G yang dibutuhkan iPhone ketika diluncurkan pada tahun 2026. Hal ini menunjukkan bisnis Apple  akan terus mengalami stagnasi. Apple akan meluncurkan iPhone 15 terbaru pada hari ini, 12 September 2023 pukul 10.00 waktu setempat di AS atau 13 September 2023 pukul 00:00 WIB dini hari. Ponsel terbaru ini juga menggunakan modem Qualcomm.

Langkah keamanan yang dilakukan Apple ini menyusul laporan peluncuran Huawei Mate 60 Pro yang mendukung jaringan 5G. Bahkan, pemerintah AS telah menjatuhkan sanksi larangan ekspor teknologi canggih 5G dari AS untuk digunakan Huawei.

Chip Huawei sendiri dikembangkan oleh raksasa semikonduktor asal Tiongkok, SMIC. Namun pemerintah AS mencurigai adanya pelanggaran sanksi perdagangan sehingga SMIC masih bisa mengakses teknologi chip AS untuk membantunya memproduksi ponsel Huawei 5G.

Pemerintahan Presiden Xi Jinping telah mengeluarkan kebijakan baru untuk pejabat daerah. Laporan Wall Street Journal menyebutkan pegawai negeri dilarang menggunakan iPhone di lingkungan kerjanya.

Kebijakan ini  tidak memblokir penggunaan iPhone secara nasional. Namun hal ini kemungkinan akan mengancam penjualan karena Tiongkok adalah salah satu pasar bisnis terbesar  Apple.

Selain penjualan, Erik W. Woodring, analis  Morgan Stanley, memperkirakan pendapatan Apple bisa turun 4% karena larangan tersebut. Keuntungan Apple bisa turun hingga 3%.

Namun tentu masalahnya tak cuma sampai pada penjualan. Pasalnya Apple juga masih cukup bergantung pada banyak perusahaan yang punya pabrik di China, yaitu untuk merakit produk-produknya.

Produksi Apple tetap berpusat di China, di mana sekitar 90% produknya dibuat di negara tersebut. Salah satu contohnya adalah pemasok Apple yang berbasis di Taiwan, Foxconn, punya pabrik besar di China dan mempekerjakan lebih dari 1,2 juta orang.

Namun setelah ketidakstabilan politik dan gangguan akibat pandemi, Apple mempercepat rencana untuk memindahkan beberapa produksi ke negara lain, termasuk Vietnam dan India. Produksi iPhone 14 dipindahkan ke India.

“Tiongkok sangat penting bagi kesuksesan Apple, namun Apple juga merupakan bagian penting dari perekonomian Tiongkok. Meskipun ada kemungkinan perpecahan antara Apple dan Tiongkok di dunia multipolar, namun kami tidak berpikir berita ini dapat menciptakan dampak terburuk. Skenario itu akan terjadi,” ujar Woodring.

Di sisi lain, Huawei juga baru saja meluncurkan model ponsel barunya sehingga mengejutkan pemerintahan Joe Biden. Mate 60 Pro merupakan ponsel 5G sejak Huawei mendapat sanksi dagang dari Amerika Serikat pada tahun 2019.

Pihak berwenang AS menuduh raksasa teknologi Tiongkok itu memasukkan teknologi chip buatan AS untuk memproduksi Mate 60 Pro. Mereka mengatakan Huawei telah melanggar peraturan sanksi perdagangan.

Huawei  bungkam soal spesifikasi chip yang digunakan pada ponsel barunya selama masa peluncuran.

Satu-satunya penjelasan yang diberikan adalah bahwa chip baru  Mate 60 Pro mampu melakukan panggilan telepon satelit.  Ternyata chipset ini menggunakan chip prosesor Kirin 9000 yang diproduksi oleh perusahaan semikonduktor asal China bernama Semiconductor Manufacturing International (SMIC).

Reuters mengutip TechInsights yang mengatakan bahwa Cortex 9000 adalah chip yang menggunakan teknologi 7nm. Sementara itu, pengguna Mate 60 Pro mengklaim bahwa kecepatan unduh ponsel tersebut setara dengan kebanyakan ponsel 5G kelas atas.