Jakarta, Komite.id – Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian BSSN Slamet Aji Pamungkas memberikan sambutan pada kegiatan Summit Datagovai 2024 yang mengusung tema “Data, Artificial Intelligence (AI), dan Keamanan Siber”. Acara yang diselelenggarakan oleh Asosiasi Big Data & AI (ABDI) itu berlangsung di Jakarta pada Selasa (26/11/2024).
Pada Kesempatan kali ini Deputi Pamungkas yang mewakili Kepala BSSN menyampaikan bahwa keamanan siber adalah topik yang sangat penting dan mendesak sebab volume data semakin besar dan sensitivitas data yang dikelola semakin tinggi di tengah gempuran ancaman siber yang selalu berkembang.
“Berbagai bentuk serangan siber baik yang bersifat teknis maupun serangan siber yang bersifat sosial, maupun kombinasi keduanya telah menjadi ancaman nyata lintas sektoral, mulai dari institusi pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat luas. Hal-hal tersebut sesuai dengan prediksi ancaman siber tahun 2024 yang telah kami publikasikan di akhir tahun 2023,” ujar Slamet Aji Pamungkas.
Berkolaborasi bersama BSSN menjaga ruang cyber salah satu kebijakan kami adalah bagaimana kami mendukung tumbuhnya industri keamanan cyber di Indonesia melalui ABDI, mudah-mudahan bisa mempercepat tumbuhnya industri Keamanan Cyber di Indonesia dimana berdasar data yang kami peroleh dari data terbuka ini data dari Mordor intelligence pangsa pasar keamanan cyber di Indonesia tahun 2023 sekitar 17,85 triliun di 2024 sekitar 22,2 triliun dan 2028 52,63 triliun di 2029 sekitar 65,36 triliun.
Deputi Pamungkas juga menyampaikan ancaman lain terkait dengan penggunaan GenAI seperti deepfake. Dimana GenAI digunakan untuk membuat dan memanipulasi konten audio atau video sehingga tampak autentik dan realistis namun sering kali menyesatkan.
“Dampak deepfake akan semakin besar jika sosok yang ditiru/dipalsukan adalah sosok penting yang memiliki pengaruh sangat besar. Secara prinsip, perlu saya tekankan bahwa risiko ancaman siber tidak hanya terbatas pada sektor tertentu atau wilayah geografis tertentu. Kegagalan sektor energi, misalnya pembangkit listrik di Indonesia berpotensi mengakibatkan kegagalan sektor lainnya seperti perbankan, transportasi, dan lain-lain,” lanjut Slamet Aji Pamungkas.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, BSSN terus berupaya membangun keamanan siber dengan mempertimbangkan kombinasi tiga aspek, yaitu sumber daya manusia, tata kelola dan regulasi, dan teknologi.
“BSSN menjalankan upaya pengamanan teknologi dengan sistem monitoring dan deteksi dini melalui National Security Operation Center (NSOC), Threat Intelligence Platform, Endpoint Protection, dan Endpoint Detection and Response. Terkait dengan banyaknya penyalahgunaan teknologi seperti GenAI, secara prinsip kita harus melawan ancaman berbasis AI dengan pertahanan berbasi AI juga,” ucap Pamungkas.
Pesan dari kepala BSSN adalah kita bersama-sama menjaga ruang cyber di Indonesia, menjaga keamanan ruang cyber di Indonesia, baik ada sisi positif dan sisi negatif mudah-mudahan kita bisa mengambil sisi positifnya untuk bersama-sama menjaga ruang cyber di Indonesia.
“Sekali lagi saya berharap sekali bahwa event ini mampu mendorong terciptanya keamanan cyber di Indonesia dengan kami berusaha bersama-sama dengan ABDI untuk percepatan tumbuhnya industri keamanan cyber di Indonesia,” tutupnya.