Ketua Umum APJII Meraih Penghargaan Satya Lencana Wira Karya

0
2896

Jakarta, Komite.id- Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), Jamalul Izza meraih  anugerah Satya Lencana Wira Karya.  Selain Jamal ada 17 orang lain yang dianugerahi Satya Lencana Wira Karya. Serta, enam orang lain diganjar penghargaan Satya Lencana Pembangunan. Penghargaan itu tertuang dalam Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 98/TK/Tahun 2020 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Satya Lencana Wira Karya.

“Bapak (Presiden) Joko Widodo  (Jokowi) memberi penghargaan Satya Lencana Wira Karya dan Satya Lencana Pembangunan bagi mereka yang berkontribusi aktif untuk Indonesia,” kata  Menteri Kominfo, Johnny G Plate  dalam upacara Peringatan Hari Bhakti ke-75 Postel bertajuk ‘Transformasi Digital untuk Indonesia Maju,’ di Gedung Kemenkominfo, Jakarta,  Senin, (28/9).

Menteri Johnny menyampaikan apresiasi dan penghargaan bagi ke-24 penerima anugerah tersebut. Dia berharap seluruh penerima penghargaan terus menjadi inspirasi dan teladan bagi masyarakat. “Saya mengucapkan selamat kepada seluruh penerima yang dijadikan teladan dan memberi jasa besar bagi pembangunan negara,” ujarnya.

Menurut Jamal, tanda jasa negara diberikan atas dedikasi yang kami berikan kepada bangsa dan negara yakni  kami  berperan aktif menginisiasi dan mengimplementasi jaringan fiber to the home/FTTH di seluruh Indonesia  dengan penerapan penggunaan  teknologi fiber optik  oleh penyelenggaran jaringan dengan membangun daerah-daerah  yang dibutuhkan oleh penyelenggara jasa internet sehingga masyarakat mendapatkan layanan secara cepat dan meningkatkan jumlah pengguna internet secara signifikan, peningkatan PNBP dan pendapatan UKM.

“Jadi,konsep yang sudah berjalan adalah jaringan netral  atau jaringan bersama . Aturannya pun masih menjadi perdebatan dan belum selesai hingga saat ini. Kami dari APJII menginisiasikan  bagaimana para pengguna  jaringan  di tempat  atau di daerah yang dibutuhkan oleh penyelenggara jasa. Kalau di APJII ada yang namanya ijin penyelenggara jaringan dan juga  ijin penyelenggara jasa. Saat ini dari 500 anggota APJII yang memiliki ijin jaringan dan jasa hanya 25%. Selebihnya hanya penyelenggara jasa saja, sehingga mereka dalam mendistribusikan internet harus  sewa jaringan.  Terkadang mereka mengalami kesulitan untuk akses ke costumer ,” paparnya kepada Komite.id  pada Selasa (29/9).

Karena itu, solusinya  di APJII,  kata Jamal, kami membuat konsep atau usulan  membangun jaringan netral, yakni  bagaimana caranya agar jaringan mengikuti kebutuhan jasa dan pemilik jaringan tidak boleh berkompetisi dengan pemberi layanan internet atau Internet Service Provider (ISP) tersebut. “Kalau selama ini yang terjadi dimana sebuah perusahaan yang sudah memiliki  ijin jaringan dan ijin ISP. Ketika membangun jaringan, mereka berjualan juga ke costumer sehingga ISP  tidak bisa bersaing. Alhamdulilah,  kita  sudah bekerjama dengan perusahaan jaringan  yang membangun di daerah tertentu  tanpa harus  bersaing dengan ISP  lokal  dengan jangka waktu 11 tahun,” tambahnya.

Dalam wawancara dengan komite.id, Jamal juga  menyebut pentingnya tiga hal dalam melakukan transformasi digital di Indonesia yakni harus ada Device, Network dan Aplikasi (DNA).  Kita harus mengenali dulu, kalau  DNA-nya sudah ada saya yakini transformasi digital akan berjalan lancar. Begitupun sebaliknya jika DNA  berjalan kurang baik  atau belum siap maka akan mengalami kegagalan.  “Kalau kita lihat sekarang,  bicara transformasi menuju era digital atau smartcity  selalu bicara pendekatan atas (Top Down)-nya saja sedangkan dari sisi bawah (bottom-up)-nya tidak  pernah dipikirkan, sehingga ketika  implementasi, bingung karena infrastukturnya tidak ada,”katanya.

Kemudian Jamal juga menyampaikan ‘mimpi’ nya  kedepan agar Indonesia menjadi salah satu jalur dari  Internasional Hub Internet yang selama ini hanya ada di Singapura dan Hongkong serta Taiwan. Padahal, market di Indonesia cukup bagus dan tidak ada yang namanya blocking aplikasi seperti  TikTok, Facebook  dan lain sebagainya selama mereka tidak melakukan hal-hal yang negatif di Indonesia. “Mereka beranggapan negara yang paling bagus buat market adalah Indonesia, Mimpi kita adalah pemain OTT belanja traffik di Indonesia sehingga yang akan diuntungkan adalah mereka yang memiliki jaringan dan konten,” pungkasnya.