Jakarta, Komite.id– Peran perawat perlu kita apresiasi, terutama di masa pandemi, karena
merekalah yang berinteraksi langsung dengan pasien di garis depan. Totalitas perawat dalam menjalankan tugas penuh risiko di tengah pandemi merupakan salah satu kekuatan utama menanggulangi COVID-19 di Indonesia.
Dr. Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc, Kapusdik SDM Kesehatan Kemenkes menyampaikan
apresiasinya pada perawat di hari Perawat Nasional kali ini, “Peran perawat ini sangat krusial, kawan-kawan dokter tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan kawan-kawan perawat dan kita tahu mereka bekerja sangat komprehensif. Mereka bisa menjadi motivator dan pada saat awal pandemi, advokasi kawan-kawan perawat sangat luar biasa dalam mencegah timbulnya stigma negatif bagi pasien COVID-19,” jelasnya dalam Dialog Produktif bertema “Perawat Merawat Semangat” yang diselenggarakan KPCPEN dan ditayangkan di FMB9ID_IKP, Rabu (17/3).
Dr. Sugiyanto juga menuturkan bagaimana kebesaran hati para perawat dalam menjalankan tugas mereka. “Para perawat ini datang barangkali harus meninggalkan keluarga, semata agar pasien tersebut cepat sembuh, mereka ujung tombak pada masa pandemi ini,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Harif Fadillah, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) juga memberikan apresiasi kepada para perawat yang hingga kini masih
berjuang menanggulangi pandemi, “Secara umum, tugas perawat itu memberikan asuhan
keperawatan baik saat pandemi maupun sebelum pandemi. Memang ada tantangan tersendiri saat pandemi seperti saat ini, seperti sifat penyakitnya yang mudah menular, sehingga perawat harus lebih hati-hati, waspada, serta disiplin. Jumlah pasien yang tinggi juga memberikan beban yang lebih dari biasanya,” jelasnya menggambarkan kondisi yang dihadapi perawat.
Dalam tugasnya, Harif menjelaskan ada pembekalan yang diberikan untuk menangani pasien COVID-19 di lapangan, “Sebelum menghadapi pasien, perawat mendapatkan pelatihan agar terhindar dari penularan, juga pelatihan basic life support, jadi sebelum terjun mereka diberikan pembekalan tambahan, tidak terbatas memberi perhatian fisik, juga memberikan motivasi, kemauan ingin sembuh, kemandirian, termasuk memberikan semangat kepada pasien,” terangnya.
Selaku Ketua PPNI, Harif tak lupa berpesan pada rekan-rekan perawat yang hari ini masih
mengabdi menangani kasus COVID-19 agar tidak kendur semangatnya dalam melayani
masyarakat, “Bagi sahabat perawat, Hari Perawat Nasional ini adalah momentum yang baik untuk membuktikan bahwa profesi kita mulia. Tetap bekerja secara profesional, menjaga etika yang tinggi, menjaga disiplin agar tidak tertular dan mengabdi pada negeri,” katanya.
Evy Ina Sasauw, Perawat RSDC Wisma Atlet, menceritakan pengalamannya di lapangan saat merawat pasien COVID-19, “Tentunya ada rasa takut tertular, tapi kami di sini sudah dibekali protokol pemasangan alat pelindung diri (APD). Kami juga saling mendukung dan saling mengingatkan untuk istirahat yang cukup agar tidak stres, makan makanan yang sehat dan bervitamin agar tetap semangat melayani asuhan keperawatan kepada pasien,” ujarnya.
Menimbang risiko yang dihadapi tenaga kesehatan, termasuk perawat di dalamnya, Pemerintah memprioritaskan program vaksinasi pertama untuk melindungi mereka dari tertular COVID-19. Dari survei internal PPNI tentang penerimaan vaksinasi di kalangan perawat, 82% perawat juga bersedia mendapatkan vaksin pertama kali. “Di Wisma Atlet, kami mendapat fasilitas untuk divaksinasi. Awalnya memang takut, tapi antusiasme perawat dan relawan yang tinggi membuat kami bersedia mendapat vaksinasi pertama kali. Ternyata setelah divaksinasi tidak mendapat efek samping apa-apa,” terang Evy.
Tidak hanya untuk melindungi kalangan tenaga kesehatan saja, Evy juga berpesan kepada
masyarakat untuk menerima vaksinasi COVID-19 saat tiba gilirannya nanti, “Untuk masyarakat, jangan ragu untuk divaksinasi karena kami sendiri tenaga kesehatan khususnya di Wisma Atlet sudah menjalankan vaksinasi tanpa ada efek samping apapun,” tegasnya. (red)