Big Data and Artificial Intelligence (AI) Technology

0
2776

DAY 2 – BCA HALL – 26 November 2020

Jakarta, Komite.id- DataGovAi 2020 tahun ketiga untuk sesi Day 2 digelar tanggal 26 November 2020  BCA Hall dihadir oleh lebih dari 800+ peserta di Zoom WebSummit dan Youtube ABDI Channel dari 1000+ pre registered, yang fokus pada tema Teknologi Big Data, AI dan Cyber Security, sedangkan sebelumnya pada hari pertama (Day 1) fokus pada tema Tata Kelola (Governance).

Hari Kedua DataGovAi 2020 dibuka dengan Keynote utama dari Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, Rektor Universitas Pertahanan Indonesia (UnHan). Octavian menjelaskan bagaimana teknologi ekosistem Hadoop dan AI dapat memberikan keamanan dan privasi data penggunanya. Dilanjutkan dengan strategi Perang Modern, dengan BigData untuk Command dan Control (C&C) perang modern tiga matra konvensional (Darat, Laut dan Udara), dimana kedepan bertambah dengan Matra Keempat OuterSpace (Ruang Angkasa) dan Matra Kelima CyberSpace (Ruang Siber/Virtual), TheNextfrontier.

Selanjutnya Keynote menarik dari Gregory Hendra Lembong yang menggambarkan bagaimana BCA mengadopsi teknologi Big Data dan AI secara ekstensif untuk melindungi Enterprise Data dan Data Konsumen serta stakeholdernya, dimana pada hari pertama, Danar dari BRI menjelaskan, bagaimana BRI comply dengan tata kelola data dengan EU GDPR maupun draft RUU PDP yang akan tertunda implementasinya hingga 2021. Banyak keynote dan panelist menarik dari XL Axiata; IndianInstituteofIT(IIIT),GDPVenture&GDPLabs, RosebayNepal, HuaweiAsiaPacific, MindMapSiliconValleyUSA, Walikota Ambon &LPJK (Construction Service Institution). Sebelumnya Day 1 beberapa pakar seperti Duta Besar Keamanan Siber Belanda, Leo Van Koppen juga dosen di The Hague University; Fortinet, ZoomAsiaPacific dan SwinBurneUniversity, Victoria telah memberikan paparan menarik tidak saja terkait Data Governance tapi juga aspek Teknologi Keamanan Siber.

ABDI memberikan apresiasi kepada BCA dengan Anugrah Awards “Best Data Technology (DT) in Commercial Private Banking” dan “Best Data Governance (DG) for Corporate Customer Banking” atas dukungannya terhadap DataGovAi, sejak pertama kali pada tahun 2018 dan selalu mendukung kegiatan ABDI termasuk penulisan buku AI dan Cyber Security. Untuk itu ABDI memberikan apresiasi sebesar besarnya kepada BCA dengan memberikan Anugerah Awards kepada BCA dan juga apresiasi kepada para penulis buku dari BCA.

Teknologi Transformasi Time Line dan Dampak serta Disrupsi

Seiring berjalannya waktu, Evolusi dan Teknologi baru bergerak semakin cepat dan masif mendisrupsi teknologi lama konvensional dan pekerjaan manusia yang ada. Sehingga sering timbul kekhawatiran dengan hadirnya mesin, automation dan teknologi baru yang banyak meningkatkan kemampuan manusia, namun dapat juga menggantikan manusia, fungsi dan pekerjaannya.

Zero, Negative atau Positive Sums Game

Banyak juga yang masih percaya pada paradigma/polapikir lama Zero SumsGame oleh pastor Thomas Malthus 1789, analoginya supply lowongan pekerjaan tidak bertambah, sehingga mesin mulai membantu pekerjaan manusia, bahkan mengarah kepada NegativeSumsGame, dimana mesin dapat membuat banyak Pemutusan Hubungan kerja (PHK). Namun studi dari Mc Kinsey (2019) membuktikan bahwa teknologi baru automation menghasilkan PositiveSumsGame. Studi Mc Kinsey menyebutkan bahwa hingga 2030 akan ada 23 juta pekerjaan yang hilang terdisrupsi oleh mesin dan automation, namun akan ada 27-46 juga lowongan baru, dimana 10 juta pekerjaan adalah pekerjaan dan perusahaan yang manusia belum pernah tahu sebelumnya.  Misalnya 15 tahun yang lalu, kita tidak mengenal Facebook, profesi DataScience, Google, Whatsapps, karena baru saja lahir dan tidak pernah ada sebelumnya. Jadi kedepan akan banyak muncul profesi baru.

Peta Lapangan Pekerjaan yang Hilang dan Muncul akibat AI

Sebetulnya Masyarakat Pekerja/tenaga kerja didunia mengalami serangan dua disrupsi ganda: Yang pertama banyak perusahaan dan lapangan pekerjaan hilang karena Pandemi Covid 19. Yang kedua adalah era otomasi yang tiba semakin cepat akibat tidak terbendungnya laju digitalisasi dipicu juga oleh Pandemi seperti pemanfaatan Zoom. Skenario dystopia(mimpi buruk) tentang robotautomation menggantikan pekerjaan manusia kategori stronggeneralized AI bukan lagi sebuah film fiksi ilmiah, namun dapat terjadi dalam waktu tidak lama lagi. Banyak sektor usaha dan lowongan kerja yang hilang. Judul laporan Forum ekonomi Dunia, WEF Davos (Oktober 2020) “The Future of Jobs” memprediksi 85 juta pekerjaan akan punah digantikan robot AI (2025), namun ada 97 juta jenis pekerjaan baru, dengan keahlian/ketrampilan khusus, yang relevan dengan transformasi teknologi dan industri. WEF memetakan pekerjaan yang bakal hilang diantaranya akuntan, auditor, input data (entry), buruh pabrik, sekretaris, teknisi mesin dan bagian personalia.

Namun sebagai gantinya, pekerjaan di ranah Datatechnology seperti DataScience, AI engineer menjadi primadona. Menurut Kolonel Bambang dari Dinas Infolahtal Mabes TNI kepada ABDI, “Banyak staf data entri yang ketika pensiun, lowongan pekerjaannya tidak lagi dilanjutkan alias kadaluwarsa. Karena pada era sebelumnya, ketika sebuah Kapal akan berangkat tugas, maka harus di data entry (input) koordinat tujuan kapal, koordinat pemberangkatan dan jalurnya. Kini semua pekerjaan data entry ini dilakukan otomatis oleh sistem GPS Dashboard digital bahkan AI (M2M). Presiden Jokowi juga pernah dalam pidatonya meramalkan eselon 3 dan 4 yang kemungkinan akan di augmented (dilengkapi), bahkan di ganti dengan AI.

Pemerintah sudah proaktif mencari jalan keluar dengan Omnibus Law, UU No 11 tahun 2000 tentang Cipta Kerja untuk menarik investasi asing dan meningkatkan lowongan pekerjaan, sayangnya upaya baik ini kurang mendapatkan apresiasi positif oleh kalangan buruh dan pekerja, padahal Jokowi pernah wanti wanti bahwa kita kalah dengan Vietnam  dalam hal membangun industri, ekspor, produktivitas buruh dan upah kerja, padahal kita jauh lebih dahulu merdeka.

Apa Penyebab Mesin menggantikan Manusia?

Keniscayaan, teknologi Konektivitas, Big Data dan AI akan meningkat secara eksponensial, mendorong Man – Machine Covergency atau Manusia semakin cepat dan tergantung dengan gadgetnya seperti antara lain smartphone, PC. Terbukti kita akan sangat gelisah jika gadget Smartphone kita tertinggal seperti halnya Dompet, karena ketergantungan kita terhadap Smartphone kita yang berisi ribuan memori nomor telpun, alamat email, semua kredensial kita seperti password akun bank dll.

Gadget seperti Smartphone atau komputer dapat belajar dan download data dan ilmu dengan sangat cepat, sedangkan manusia harus sekolah dan bekerja bertahun tahun untuk menimba ilmu dan data. Artinya kapasitas teknologi mesin itu meningkatnya exponensial seperti memory, cpu dan sensor yang dapat kita tambahkan dengan sangat cepat, tapi kapasitas panca indera dan intelijen manusia hanya bisa tumbuh linier dan terbatas. Itulah sebabnya diprediksi memang AI akan semakin menggantikan banyak pekerjaan manusia.

Teknologi cockpit dan dashboard pesawat terbang juga berevolusi dari pertama, FlybyWire (fully elektronik) augmented (meningkatkan) panca indra pilot dengan sensor GPS, altitude, kecepatan dll. evolusi kedua, FlybyComputer, dimana pesawat diprogram untuk bergerak dari point A ke point B, tapi masih majoritas dikendalikan dan dikontrol penuh oleh pilot, selanjutnya evolusi ketiga adalah FlybyAI ,fullyautonomous seperti Drone. Disini mesin punya otoritas dan intelijen penuh untuk memenuhi kebutuhan dan perintah Manusia.  Oleh karena itu strategi perang semesta kedepan dengan AI akan berbeda karena yang turun kemedan laga adalah robot dan drone dibandingkan dengan perang konvensional menggunakan banyak tentara di medan laga menjalankan meriam tank, kapal dan pesawat terbang. Ini yang dikhawatirkan oleh manusia, jika etika mesin tidak sesuai dengan etika manusia.

Otomotif Dashboard degan sopir dan kemudi hingga autonomous dengan algoritma AI

Teknologi otomotif pun terdisrupsi dari konvensional otomotif yang dikemudikan oleh supir dan kemudi stir di dashboard mobil. Pertanyaan klasik apakah kita percaya dengan supir yang mengemudikan mobil kita? Kedepan, di era autonomous robotics, mobil yang kita kendarai tidak lagi dikemudikan oleh supir (manusia) dan kemudi stir nyapun tidak perlu ada. Pertanyaannya apakah kita percaya pada algoritma AI dan robot yang menjadi supir anda? Analoginya, apa yang terjadi dengan pesawat Lion Air Flight 610, yang menggunakan pesawat Boeing 737 Max mutakhir yang baru 1 tahun diproduksi memanfaatkan sistem autopilot MCAS (ManeuveringCharacteristicsAugmentedsystems), yang ditenggarai sebagai sebuah sistem AI augmented (meningkatkan) kemampuan pilot dengan sistem MCAS autopilot berbasis AI. Sayangnya pesawat ini mengalami kecelakaan ketika baru lepas landas dimana algoritma & sistem MCAS yang canggih ini ditenggarai melawan pilot dan memberikan informasi yang salah, sehingga pesawat kehilangan arah, menukik dan terjadi musibah yang menimbulkan banyak sekali korban manusia.

Disini perlu dipertanyakan etika dari algoritma & mesin AI, yang kemudian tentu akan dilimpahkan kepada perancang AI tersebut, karena yang bertanggung jawab menurut hukum manusia harus lah manusia pencipta mesin dan bukan mesinnya? Ini salah satu contoh pentingnya Governance (Tata Kelola) terhadap Data dan AI agar tidak disalah gunakan atau memberikan kemampuan yang akhir nya membahayakan dan menimbulkan korban ratusan jiwa mengingat musibah juga terjadi dengan masalah algoritma MCAS jenis yang sama di benua Afrika?

Selain Jokowi, banyak kepala Negara dunia yang concern dengan AI. Trump menandatangani Executive Order agar pemerintah Federal segera memprioritaskan National AI Strategi AS sejak Februari 2019, sedangkan National AI Strategi RI diluncurkan bulan 10 Agustus 2020, hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Presiden XiJinPing memastikan Tiongkok mengembangkan & menggunakan AI untuk masa depan Revolusi 4.0 di Tiongkok dan menjadi Pemimpin AI dunia 2030. Vladimir Putin menegaskan AI sebagai masa depan manusia. Pemimpin negara yang berhasil mengadopsi AI dapat menguasai dunia &NobodyShouldMonopoly AI karena akan sangat berbahaya.

Studi Banding: Bagaimana dampak yang luar biasa dari AI

JP Morgan Chase (JPM) pioner konglomerat dunia finansial AS berusia 149 tahun mempunyai aset sebesar $ 357 Billion (atau Rp 5.000 Triliun) dengan nasabah sebanyak 30,000 dan 1.7 ribu Korporasi, didukung oleh 256,000 karyawan (2018). Bukan main.

Ant Financial Services (AFS), subsidiary dari Alipay & Alibaba berdiri Oktober 2014 berusia 6 tahun, namun sudah mendisrupsi dunia dengan 1 miliar klien nasabah dan memeiliki aset hampir separuh dari JPM sebesar Rp 2100Triliun). Bagaimana balita AFS bisa mendisrupsi dunia finansial dan bersaing telak di dunia dengan JPM yang berusia 149 tahun? Ternyata balita 6 tahun AFS bisa mengalahkan perusahaan berusia 149 tahun dengan memanfaatkan teknologi AI, sehingga karyawan cukup hanya 10% dari dari JP Morgan, namun majoritas adalah Native AI Engineer dan semua proses menggunakan AI seperti credit rating, creditapproval, processbackoffice dan frontofficebankingsystemfull AI. Jadi disrupsi bisa sedemikian masif nya, membuat Presiden Trump pun was was membuat kebijakan yang protektif dengan Tiongkok, agar AS bisa tetap memimpin Industrial Revolution (IR) 4.0 kedepan.

Mengapa harus mengadopsi teknologi digital dan IR 4.0?

Data dari IDC menunjukkan di AS pada tahun 2018, hampir 33% dari industri papan atas di AS terdisrupsi oleh pesaingnya yang memanfaatkan teknologi IR 4.0. Dan Teknologi Digital yang menjadi alasan lebih dari separuh  perusahaan di WallStreet yang tergolong Fortune 5000 hilang dan terdisrupsi karena gagal mengadopsi teknologi, menurut CEO dari Accenture.

Is Seeing is Believing?

Teknologi Post Truth pun berkembang pesat dengan adanya AI dan teknologi Virtual Reality Stage atau Panggung yang dapat mudah di Augmented dan dirubah menggunakan contoh yang diperagakan memanfaatkan foto. DeepFaketechnology dimana virtual elemen foto dapat mengaugmented dan merubah Visi, Realitas dan Latar belakang panggung dan sekitar kita. Pertanyaaannya? Masih Percayakah kita dengan apa yang kita lihat? Is Seeing is still believing?

ABDI akan mengkompilasi hasil diskusi panelist dan keynote dari tiga hari Summit DataGovAI 2020 yang akan diserahkan kepada Pemerintah melalui BSSN dan Kepala Staf Kepresidenan RI. 5