Oleh karena itu, kita perlu mengedukasi masyarakat untuk paham keamanan online, dan bagaimana memastikan sistem yang digunakan aman terkait dengan data analytic. Dengan menggunakan AI, Machine Learning tentu menjadi solusi untuk bisa mendeteksi apa saja behavior anomaly yang akan terjadi.
JAKARTA, Komite.id – Di era digitalisasi, Bank Central Asia (BCA) selalu memberikan layanan terdepan sesuai dengan kebutuhan nasabah yang semakin kompleks. Dalam pemanfaatan teknologi canggih seperti Big Data dan Artificial Intelligence (AI), BCA memberikan fokus pada lima area, yakni Machine Learning, Robotics, Biometric, Komputer Vision dan Natural Language Processing (NLP).
Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat ini ialah membuat semua lebih nyaman dan aman. Apalagi, pada dunia yang serba online tentu keamanan menjadi sangat penting. Oleh karena itu, kita perlu mengedukasi masyarakat untuk paham keamanan online, dan bagaimana memastikan sistem yang digunakan aman terkait dengan data analytic. Dengan menggunakan AI, Machine Learning tentu menjadi solusi untuk bisa mendeteksi apa saja behavior anomaly yang akan terjadi.
Sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, Bank BCA dinobatkan oleh Forbes Indonesia dan Statista sebagai The World Best Bank 2019 di Indonesia yang sangat berjasa dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Bank BCA mengajak semua stakeholdernya untuk meningkatkan sistem keamanan data juga kualitas layanan perbankan terpadu, memanfaatkan AI juga defand indeep (pertahanan berlapis-lapis dan terpadu) untuk mengamankan sistem dan data enterprise dengan konsep Data Lost Prevention (DLP).
Dengan kinerja BCA yang mampu bersaing dan menjadi bank kelas global, kelas nasional, regional juga global di Indonesia menurut majalah Forbes Indonesia, bank BCA secara konsisten mendukung event Data Science dan AI ABDI DataGovAI 2021, data secure AI 2021 juga Satu Data Indonesia.
Sesuai dengan tema webSummit DataGovAI 2021 tentang “Data Science & AI Governance & Regulation” Armand Wahyudi Hartono, Vice President Director of BCA menerangkan bahwa penggunaan teknologi, komputerisasi, integrasi sistem dan data analitik bukanlah sesuatu yang baru, akan tetapi Now Normal yang sudah umum sampai hari ini. Sejak tahun 1990 an adanya dunia internet, menyebabkan data ikut meningkat terus menerus dan data tersebut bisa dianalisa. “Seperti contoh google dan amazon yang mengelola data menjadi sangat powerful dan teknologi juga bisa merubah sebuah perusahaan menjadi lebih handal, lebih kuat dan bisa memberikan layanan yang lebih baik,” ucapnya saat menjadi keynote speech webSummit DataGovAI 2021, pada hari Selasa(30/11).
Menurut Armand Wahyudi Hartono, pandemi menyebabkan semua hal lebih terakselerasi. Saat ini kita dituntut harus hidup, bekerja, belajar dari mana pun. Tetapi, pada kondisi ini perlu memastikan terlebih dahulu bahwa sistem yang digunakan aman dan nyaman. Berkaitan dengan ini, tentu terus memberikan tantangan kepada kita seperti bagaimana menjalin hubungan antar-manusia secara online yang memiliki perbedaan dengan offline.
“Sejak terjadinya pandemi, kita melihat data transaksi semua dilakukan secara online, seperti pemesanan makanan secara online, gaming, fashion, transaksi di bursa saham dan lainnya juga meningkat. Namun, beberapa diantaranya juga ada yang merasakan kesulitan seperti travel, wisata merupakan sektor yang mengalami kesulitan secara global. Nyatanya kita harus siap dengan segala perubahan,” imbuhnya.
Dengan adanya analisa data selama satu setengah tahun terakhir, banyak hal menarik yang telah terjadi. Nyatanya, di beberapa perusahaan juga mengalami perubahan dalam office space dalam melaksanakan work from office. Oleh karenanya, sebuah perusahaan perlu memikirkan cara untuk berdaptasi ke depannya, serta bagaimana nantinya velocy-velocy HR di perusahaan.
Dengan adanya pandemi, industri biotechnology dan ESG (Environment Social and Good Governance) juga ikut berkembang. Sejak adanya pandemi dunia lebih paham lagi tentang pentingnya lingkungan dengan menggunakan recycle box dengan menggunakan energi lebih rendah. Perusahaan publik maupun private kini harus peduli dengan ESG, karena para nasabah juga peduli, baik itu investor dan seluruh stakeholder menanyakan tentang apa langkah ESG anda. “Semoga di hari ini kita banyak belajar agar lebih maju dan Indonesia bisa terus maju,” tutupnya.
Sekilas mengenai Vice President Director of BCA, Armand Wahyudi Hartono, merupakan generasi ketiga Grup Djarum. Berdasarkan profil yang didapat dari berbagai sumber, pada 2004 hingga 2006 Armand Wahyudi Hartono bergabung dengan BCA sebagai Kepala Divisi Perencanaan Wilayah. Meski dirinya sebagai anak pemilik BCA, Armand Wahyudi Hartono terlebih dulu merintis karier sebagai analis untuk Global Credit Research and Investment Banking di JP Morgan Singapura (1997-1998) serta pernah menjabat berbagai posisi manajerial di PT Djarum (1998-2004). (red)