Perkuat Keamanan Siber Nasional, UGM Bahas Diskusi Kebijakan Intelijen  

0
1285
Potret Riza Noer Arfani sebagai moderator dalam acara Websummit Session Perkuliahan Tamu dengan tema “Dinamika Kebijakan Intelijen, Isu-isu Keamanan/Kejahatan Siber dan Transformasi Digital” melalui zoom meeting. (27/04).

 Ini merupakan keniscayaan pemanfaatan digital transformasi. Sehingga sangat penting untuk kita melakukan pengecekan berkala apakah data-data diretas atau tidak,”

Jakarta, Komite.id – Berbicara mengenai kebijakan intelijen di era digitalisasi tentu menjadi sangat penting. Pasalnya, saat ini data merupakan emas digital, di mana perusahaan digital yang mengelola data tengah mendominasi pasar industri. Sehingga, data yang bersifat krusial dan sangat vital ini perlu dikelola dengan tepat serta aman untuk semua orang.

Mengutip dari Kompas, intelijen merupakan sebuah informasi yang dihargai atas ketepatan waktu dan relevansinya, melainkan bukan detail dan keakuratannya. Terlebih, personel intelijen dibekali kemampuan lebih, dapat dikatakan bahwa orang yang menjadi intelijen ialah orang-orang pilihan. Kebanyakan dari mereka berkamuflase atau menyamar.

Dalam hal ini, Universitas Gajah Mada (UGM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan menyelenggarakan Webinar Session Perkuliahan Tamu dengan tema “Dinamika Kebijakan Intelijen, Isu-isu Keamanan/Kejahatan Siber dan Transformasi Digital” melalui zoom meeting, Rabu (27/04/2022). Webinar tersebut turut dihadiri oleh Chairman Asosiasi Big Data & AI (ABDI) Dr. Rudi Rusdiah, Rektor Universitas Pertahanan (UNHAN) Laksdya. TNI Prof. Dr. Amarulla Octavian, M.Sc., DESD., ASEAN Eng., Pakar Kebijakan Publik UGM Dr. Agus Heruanto Hadna, M.Si.

Sambutan dari Pakar Kebijakan Publik UGM, Dr. Agus Heruanto Hadna, M.Si., mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pembicara yang telah bersedia memberikan waktunya untuk berdiskusi bersama. “Saya kira kesempatan ini luar biasa, bagaimana kita mendiskusikan isu-isu ini yang dibahas oleh para pakarnya,” ucap Agus.

Dengan dimoderatori oleh Dr. Riza Noer Arfani, M.A, sebagai Pengampu Bersama mata kuliah IPNS/KIKN UGM, webinar tersebut membahas Kebijakan Intelijen dan Keamanan Nasional dalam peningkatan penggunaan teknologi di era transformasi digital. Menurut Chairman ABDI, intelijen dapat membandingkan kelemahan serta kekurangan yang kita miliki.

Terkait dengan intelijen, maka saat ini kita perlu memiliki Cybersecurity yang kuat. Hal ini dikarenakan untuk melakukan pertahanan terhadap serangan siber sangat sulit, di mana musuh harus benar hanya sekali dalam 100 percobaan, untuk itu kita harus benar 100% dari waktu untuk mencegah kebocoran.

Dalam pemaparannya, Rudi Rusdiah menjelaskan bahwa yang berbahaya di era digitalisasi saat ini ialah adanya cyber warfare dan cyber attack. Di mana terdapat beberapa jenis serangan siber antara lain Phising, MitM dan aktor musuh ke tautan terlemah. Rudi mengatakan untuk menjaga pertahanan yang mendalam (Defense in Depth) maka perlu melawan serangan Advance Persistent Threat (APT).

Defense adalah pekerjaan yang sangat sulit, karena akan diserang ratusan kali, oleh karena itu pentingnya suatu intelejen untuk memperoleh kemenangan dari musuh tersebut,” ungkap Rudi saat menjadi pembicara dalam Webinar Session Perkuliahan Tamu.

Perlu diketahui, APT merupakan serangan siber kompleks sehingga dikenal dengan virus canggih yang dapat meretas sejumlah perusahaan besar. APT menggunakan berbagai komponen berbeda untuk menyerang suatu perangkat. Setiap hari hacker akan mencari tahu kelemahan apa yang kita miliki. Perusahaan Keamanan siber Kaspersky mengungkapkan serangan APT yang diam-diam masih mengintai di tahun ini untuk mendapatkan informasi rahasia.

Berbeda dengan malware, saat menginfeksi perangkat APT tidak langsung bekerja melakukan aksinya. APT akan diam di dalam perangkat bahkan hingga bertahun-tahun. Meski begitu, APT akan mengintai pelaku secara bertahap mengirimkan data kepada peretas. Sehingga pengguna perangkat atau pun antivirus tradisional belum tentu mampu melacaknya. “Ini merupakan keniscayaan pemanfaatan digital transformasi. Sehingga sangat penting untuk kita melakukan pengecekan berkala apakah data-data diretas atau tidak,” paparnya.

Selanjutnya, Rektor Universitas Pertahanan (UNHAN) Laksdya. TNI Prof. Dr. Amarulla Octavian, menyampaikan tanggapannya, “Kita perlu memperkuat cyber power, mulai dari sistem komputer dan jaringannya. Dibutuhkan dua macam teknologi yang semuanya dibuat secara online & offline,” jelasnya. Terkait hal tersebut, Laksdya Amarulla menegaskan bahwa Network Infrastructure Security menjadi paling penting untuk menghadapi siber.

“Kondisi kedaruratan cybersecurity akan terus menerus terjadi, sehingga critical infrastructure security perlu ditingkatkan untuk mewujudkan keamanan yang tangguh. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian dan security menjadi salah satunya,” imbuh Riza Noer Arfani.

Selain itu, disampaikan oleh Dr. Azhari SN, ke depannya kita akan menggunakan teknologi blockchain, juga teknologi quantum computing dan hardware. Namun, hal ini perlu diperhatikan juga karena banyak hal yang harus ditembus untuk mengadopsi teknologi itu,” tuturnya.