Akselerasi Pemanfaatan Teknologi Digital Pada Senjata Militer

0
1427
Chancellor of Defense University Republic of Indonesia (UNHAN RI), Laksamana Madya Prof. Dr. Amarulla Octavian, M.Sc., DESD., ASEAN Eng., saat menjadi keynote dalam event Websummit DataSecurAi 2022, mengusung tema ‘Building Secure & Trusted Intelligent World: Cybersecurity to Prevent Future Cyber Warfare’, Kamis (31/03/22).

Robot pembunuh masa depan ini akan menjadi lebih cerdas, lebih tepat, lebih cepat dan lebih murah. Mereka juga akan mempelajari kemampuan baru seperti bagaimana membentuk kawanan dengan kerja sama tim dan redundansi membuat misi mereka hampir tak terbendung,”

Jakarta, Komite.id – Merebaknya kasus Cybersecurity, tentu sangat berkaitan dengan meningkatnya percepatan transformasi digital. Saat ini kita semua tahu bahwa pemerintah beserta semua stakeholder tengah mempersiapkan keamanan yang tangguh sebagaimana bentuk perwujudan dari pemulihan pascapandemi COVID-19.

Dalam beberapa waktu terakhir, hampir seluruh negara maju telah mengalami transformasi digital dan pengembangan dalam bidang teknologi informasi. Berkaitan dengan kondisi tersebut, Chancellor of Defense University Republic of Indonesia (UNHAN RI), Laksamana Madya Prof. Dr. Amarulla Octavian, M.Sc., DESD., ASEAN Eng. menjelaskan bahwa saat ini adanya kemajuan dalam teknologi Artificial Intelligence (Kecerdasan Artifisial) dapat dimanfaatkan di berbagai sektor termasuk keamanan kesehatan, sektor pertahanan dan militer.

Dikatakan oleh Laksdya Amarulla Octavian, Future Arms Race akan menjadi kompetisi cerdas dalam bentuk tingkat tinggi militer cerdas dan menggunakan taktik umum, AI super pintar teknologi komprehensif, otak cerdas berperan dalam pengamatan, orientasi, keputusan dan tindakan (OODA), meningkatkan efektivitas tempur dengan meningkatkan kemampuan tentara. Mengoptimalkan panduan operasional, meningkatkan agillity dan mengurangi korban.

“AS selalu menganggap AI sebagai teknologi subversif untuk mengubah aturan permainan dan US DoD menganggap AI dan autonomy sebagai dua pilar teknis dari strategi ofset yang baru, Alpha AI, AI Next, Project Maven, merupakan project AI militer yang dikembangkan oleh US,” jelas Laksdya Amarulla Octavian, saat menjadi keynote dalam event Websummit DataSecurAi 2022, mengusung tema ‘Building Secure & Trusted Intelligent World: Cybersecurity to Prevent Future Cyber Warfare’, Kamis (31/03/22).

Dalam pemaparannya, Chancellor of Defense University Republic of Indonesia (UNHAN RI) menjelaskan sudah ada tiga gelombang revolusi dalam peperangan, gelombang pertama adalah senjata bubuk mesiu, kedua senjata nuklir yang ketiga adalah senjata AI. Pasalnya pada gelombang ketiga, sistem otonomi diaktifkan senjata akan ditandai dengan peningkatan otonomi dan paling kritis buatan sistem intelijen diaktifkan. AI sejati memungkinkan otonomi sepenuhnya membunuh, mencari untuk memutuskan terlibat dan melenyapkan kehidupan manusia lain sepenuhnya tanpa keterlibatan manusia.

Sebagai informasi, pemanfaatan AI untuk teknologi militer pada prinsipnya terbagi ke dalam teknologi yang bersifat automatisasi dapat diartikan sebagai sistem yang bergerak secara otomatis sebagai bentuk respon terhadap kondisi dan situasi pada suatu medan pertempuran, sedangkan teknologi yang bersifat autonomisasi diartikan sebagai sistem yang dapat bergerak  sendiri sesuai dengan program yang telah ditentukan untuk mencapai sasaran tertentu sesuai klarifikasinya.

“Robot pembunuh masa depan ini akan menjadi lebih cerdas, lebih tepat, lebih cepat dan lebih murah. Mereka juga akan mempelajari kemampuan baru seperti bagaimana membentuk kawanan dengan kerja sama tim dan redundansi membuat misi mereka hampir tak terbendung,” ucap Laksdya Amarulla.

“Luas volume besar properti yang dikelola data merupakan anugerah bagi banyak industri termasuk militer itu tidak akan mungkin untuk mount opperasi militer yang efektif tanpa mengetahui kapan, di mana, dan apa dalam mengerahkan sumber daya. Data besar militer oleh karena itu membantu para pemimpin militer membuat keputusan yang lebih baik asalkan itu bukan Data Gelap,” tambahnya.

Militer terus mengumpulkan intelligent dalam hubungannya dengan komunitas intelligent dalam berbagai disiplin. Intelijen militer berpotongan di bawah discipline berikut. HUMINT, GEOINT, SIGINT dan OSINT Open Source Intelligence.

“Teknologi masa depan dari angkatan bersenjata blockchain kapal perang dilengkapi dengan susunan persenjataan yang berbeda. Senjata dengan beragam senjata, tetapi juga peluncur rudal, peluncur torpedo, dan baterai anti pesawat. Dalam menghadapi api musuh, semua senjata harus bekerja sama,” tutupnya.