Sekarang karena hadirnya API Technology maka tidak perlu lagi melakukan pengulangan data tersebut.
Jakarta, Komite.id – Berdasarkan kebijakan Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia, mengutip setkab.go.id Satu Data Indonesia harus dilakukan berdasarkan prinsip sebagai berikut, Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus memenuhi standar data, Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus memiliki metadata, Data yang dihasilkan oleh Produsen Data memenuhi kaidah interoperabilitas Data dan terakhir Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus menggunakan kode referensi dan/ data induk.
“Pemerintah kita ada wacana untuk mengkonsolidasi semua data sehingga tidak ada lagi data yang berbeda, tidak akurat, hilang atau bahkan dipalsukan. Maka dari itu, kita membutuhkan digital transformasi, yang mana hal ini tentu berhubungan dengan IT,” tutur Director of Aksata e-KYC Solutions Diana Gabriel Sanjoto, saat memaparkan materinya dalam sesi panel discussion pada kegiatan Websummit Satu Data Indonesia 2022, Selasa (05/07).
Disampaikan Diana, bahwa semua database disetiap instansi pemerintahan dari setiap Kementerian dan disetiap data-data kependudukan Dukcapil itu semua akan dikonsolidasi menjadi Satu Data Indonesia. Dalam hal ini, apa yang seharusnya dilakukan supaya Satu Data Indonesia ini menjadi suatu konsep yang aman, terpercaya dan berguna bagi semua.
Terkait hal tersebut, sesuai dengan Perpres No. 39/2019, terdapat 4 prinsip dasar yang diperlukan dari Satu Data Indonesia, salah satu yang paling penting dan perlu digarisbawahi ialah Data yang dihasilkan oleh Produsen Data memenuhi kaidah Interoperabilitas Data.
“Ini merupakan salah satu prinsip yang menarik karena di sinilah digital transformasi itu terjadi,” lanjutnya.
Sebagai informasi, interoperabilitas merupakan di mana suatu aplikasi bisa berinteraksi dengan aplikasi lainnya melalui suatu protokol yang disetujui bersama melalui bermacam-macam jalur komunikasi. Berkaitan dengan ini, API (Application Programming Interface) atau yang dapat diartikan Antarmuka Pemograman Aplikasi.
Sebelum transformasi digital terjadi, saat pengguna melakukan pembukaan akun di suatu bank atau ingin berbelanja di suatu website e-commerce tentu membutuhkan log-in register di setiap website. Hal ini menandakan proses registrasi itu dilakukan secara berulang, namun sekarang karena hadirnya API Technology maka tidak perlu lagi melakukan pengulangan data tersebut.
Karena data-data tersebut bisa saja sudah terupdate dan sudah berubah, sehingga cukup dengan menggunakan satu API, maka sudah bisa mengakses semua instansi mulai dari bank dan retail lainnya.
“Di sinilah peran Brankas hadir sebagai aggregator API untuk open finance, open banking dimana semua instansi dan untuk pribadi bisa dengan mudah terkoneksi secara otomatis lewat API,” tutur Director of Aksata Ekyc Solutions.
Salah satu contoh yang sudah diterapkan saat ini ialah banyak Digital Banking yang mana mengutilisasi dengan menggunakan Open API. Perlu diketahui, Open API ini merupakan koneksi untuk database instansi-instansi yang berbeda-beda.
“Dengan mudah, kita bisa langsung melindungi identitas kita sendiri apabila open API sudah terenkripsi,” jelasnya.
“Dengan menggunakan API, data itu akan aman. Karena API ini dirancang hanya sebagai jembatan dimana satu database akan terhubung dengan database lainnya. Jadi di database lainnya tidak ada copy data,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Chief Product Officer (CPO) Brankas Mike Dickinson menjelaskan bahwa Brankas merupakan perusahaan open finance termaju di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Perusahaan yang sudah beroperasi di Indonesia sejak 2016 ini menjadi salah satu Startup financial technology yang dapat membantu pengguna mengakomodasi lebih dari satu akun bank dalam satu aplikasi yang terpusat. Brankas dapat membuat satu ekosistem menjadi satu data untuk finansial institusi.
“Jadi produk-produk kami itu membuka akses ke data di jasa keuangan mendemokratisasikan data-data tersebut,” tuturnya
Disampaikan Mike, Brankas memiliki beberapa fokus yang pertama di bidang teknologi infrastruktur Open Finance. Dalam hal ini Brankas bekerjasama dengan beberapa Bank di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara untuk membangun infrastruktur, agar perusahaan jasa keuangan dapat mempersiapkan diri mengembangkan roadmap di bidang Open Finance tersebut.
“Banyak nasabah kami yang menggunakan platform ini untuk mengekspos data internal secara langsung ke pelanggan,” imbuhnya.
Pada fokus yang kedua, Brankas melakukan Aggregator API yang di supply oleh suatu bank bersama mitranya. Dalam hal ini Brankas bersama Aksata mengaggregate supaya perusahaan fintech bisa mendapatkan data ini dengan satu integrasi.
“Jadi mereka hanya membutuhkan satu API di integrasi sehingga bisa mengakses data dari beberapa sumber lainnya,” jelas Mike.
Mike juga menerangkan verifikasi data Dukcapil melalui Aksata. Dimana customer Brankas juga menggunakan data API untuk menggabungkan beberapa macam usecase termasuk flow eKYC, playlater dan lain-lainnya.