Politeknik Statistika STIS Terapkan Pemetaan Kemiskinan dengan Manfaatkan Big Data Citra Satelit

0
1537
Potret diskusi panelist dalam Websummit Satu Data Indonesia 2022, dengan tema ‘Interoperability, Collaborative & Trusted e-Government & Public Services (SPBE)’ Kamis (07/07/2022).

Jakarta, Komite.id – Pada kegiatan akbar Websummit Satu Data Indonesia 2022 yang ABDI selenggarakan, Head of Statistical Computing Research Unit and Lecturer at Politeknik Statistika STIS Dr. Eng. Arie Wahyu Wijayanto, SST., MT., menyampaikan pemaparan materi dengan judul ‘Data Science For Government Policy Making’ dalam diskusi panel, Kamis (07/07).

Sesuai dengan pidato Presiden RI Joko Widodo pada Sidang tahunan MPR dan SIdang bersama DPR dan DPD (08/21) lalu, bahwa ‘Dalam mengambil keputusan, pemerintah harus terus merujuk kepada data, serta ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru’. Berkaitan dengan itu, Arie Wahyu membenarkan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru tentu tidak dapat dipisahkan dalam mengelola data, untuk itu hal ini akan menjadi kekhawatiran dalam membuat kebijakan pemerintah.

Menurut Arie Wahyu dalam wacana menuju Indonesia Emas 2045, tentu hal ini sangat berkaitan dengan Pentingnya Data dalam Mendukung Pembangunan. Terkait siklus pembangunan yang sesuai dengan Perpres No. 39/2019 Tentang Satu Data Indonesia dilakukan mulai dari, perencanaan pembangunan, pengendalian pembangunan, pelaksanaan pembangunan dan evaluasi pembangunan.

Disampaikan Arie Wahyu, dalam pemanfaatan Big Data pada Politeknik Statistika STIS, mengarahkan metodologi dari Penggunaan kerangka sampel kepada Pemodelan Statistik dan Machine Learning. Sementara proses statistik juga mengarahkan dari Pengumpulan data kepada Akuisisi Data dan Orkestrasi Data.

Politeknik Statistika STIS juga menggunakan Pemetaan Kemiskinan dengan Big Data Citra Satelit & POI (Point Of Interest) dari masing-masing ketertarikan dari Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Tempat Wisata, Swalayan dan lainnya sebagai inisiatif yang dilakukan untuk official statistics di Badan Pusat Statistik. Dari kedua inisiatif tersebut, melakukan penangkapan aktivitas penduduk dari aspek geografis.

“Kami sangat concerned kepada bagaimana metode pengumpulan data selalu terbaru dan update,” jelas Arie Wahyu.

Metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain, sensus, survey, dan kompilasi data administrasi. “Ketiga pengumpulan data ini merupakan metode pengumpulan data yang selama ini ada, namun seperti amanat Presiden RI bahwa pengumpulan data yang lainnya ini menunggu untuk dikembangkan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengelola data serta bagaimana pengumpulkan data tersebut,” ucap Head of Statistical Computing Research Unit and Lecturer at Politeknik Statistika STIS.

Berkaitan dengan pengumpulan data yang dilakukan BPS tersebut, maka hal lain yang perlu diperhatikan ialah Dimensi Kualitas Data. Berdasarkan 6 prinsip utama dalam mengukur kualitas data, pertama Relevansi, dimana data yang dikumpulkan harus memenuhi kebutuhan pengguna data. Kedua Akurasi, mengukur fenomena yang sebenarnya, dengan menggunakan sampling error & non-sampling error.

Kemudian, ketiga Aksesibiltas, data dapat diperoleh dengan mudah disertai dengan konsep dan definisi yang jelas. Keempat Aktualitas & Tepat Waktu, dimana data harus tepat waktu penyajian/diseminasi. Kelima Koherensi & Keterbandingan, keterkaitan antar berbagai data dapat dijelaskan dan dapat dibandingkan dengan data-data pada periode yang berbeda-beda. Keenam Interpretabilitas, data disajikan secara jelas dan mudah dipahami oleh pengguna.

“Untuk memperoleh data ada banyak tekniknya, tapi yang harus dipahami adalah bagaimana kita mampu menjamin bahwa data tersebut berkualitas, sehingga prinsip-prinsip ini lah yang harus dipenuhi,” jelasnya.

Membahas tren penggunaan Big Data di era digitalisasi tentu menghasilkan penyediaan data dan informasi yang andal dan berkualitas tinggi oleh produsen lainnya. Sehingga hal ini semakin penting bagi ekonomi dan masyarakat. Terlebih, Big Data dapat mendorong penyediaan data statistic lebih cepat, bervariasi dan lebih detil.

Perlu diketahui, Komunitas Statistik Dunia secara resmi mengakui potensi Big Data. Pasalnya pada Maret 2021, Komisi Statistik PBB membentuk Global Working Group (GWG) yang diberi mandat untuk memberikan visi, arahan dan koordinasi strategis terkait program dunia dalam pemanfaatan Big Data untuk official statistics.

“Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dengan adanya tantangan pandemi COVID-19 dan lainnya, kita didorong untuk terus bergerak maju. Bagaimana kita memanfaatkan metode-metode yang terbaru dan memanfaatkan Big Data,” katanya.

Sebagai salah satu kegiatan akbar ABDI di tahun 2022, Websummit Satu Data Indonesia 2022 di hari kedua (07/07) menghadirkan pembicara dari Kementerian, seperti Kepala Staf Kepresidenan RI Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko yang diwakili Deputi III KSP Panutan S. Sulendrakusuma, Kementerian Kominfo yang diwakili Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel A. Pangerapan, B.Sc., M.M., Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Prof. Dr. Muh Aris Marfai, MSc., Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Abdullah Azwar Anas, M.Si., dan Kepala Badan Pusat Statistik Dr. Margo Yuwono, S.Si., M.Si., yang diwakili Deputi Metodologi dan Informasi Statistik BPS Dr. Eng. Imam Mahdi, MT.

Hadir pula pembicara dari Data Governance & Privacy Domain Expert Asia Pasific Japan Informatica Jon Teo, CEO Bank Raya Indonesia Kaspar Situmorang, M.Sc., Director of Aksata E-KYC Solutions Gabriel Diana Sanjoto, Direktur Perencanaan Strategis dan Teknologi Informasi PT. BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) Pramudya Iriawan Buntoro, Business Dev. Director & Co-founder Xeratic Victor Gunawan dan CEO PT. Sandhiguna Widya Proteksi Martianus Federic Ezerman, Ph.D.