Harry Surjanto: Menciptakan Arus Balik

0
4414

Jakarta, KomIT – CTI adalah holding yang membawahi enam perusahaan yang menjadi value-added distributor produk dan solusi TI dari IBM, Oracle, EMC, VMware, dan banyak lainnya. Disebut “value-added” karena CTI tidak cuma sekadar menyediakan produk. “Kami mengintegrasikan produk dan solusi tersebut dengan support dan service,” kata Harry Suryanto, Presiden Direktur CTI.

Saat didirikan tahun 2003, bahkan sampai saat ini, tidak banyak distributor yang menawarkan solusi komplit seperti CTI. Tidak heran jika perusahaan yang memiliki kantor di Jakarta dan Surabaya ini terus berkembang. Jika awalnya cuma 25 orang, kini pegawai CTI mencapai 300 orang. Yang membanggakan, seluruh pegawai tersebut adalah tenaga kerja lokal. Karena itulah Harry mengaku tetap optimis meski kini banyak perusahaan dari luar negeri yang menawarkan solusi seperti CTI. “Engineer kami lebih mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan di Indonesia,” ungkap Harry.

Karena mengedepankan support, CTI terlihat sangat serius memperkuat layanannya. Hal ini terlihat dari didirikannya CTI Technology Center yang berfungsi layaknya laboratorium uji. Partner maupun customer bisa menggunakan Technology Center ini untuk melakukan simulasi maupun benchmark dari solusi teknologi yang ingin mereka terapkan.

Selain itu, CTI juga menerbitkan sertifikasi yang disebut 3C (CTI Compliance Certificate). Di sini, CTI menjadi pihak independen yang membuktikan sebuah solusi teknologi berhasil melewati Proof of Concept. Pengujian dilakukan secara intensif dengan melakukan metodologi pengujian yang mirip kondisi sebenarnya dengan mensimulasikan user environment seperti kondisi nyata di lapangan. Dengan begitu, setiap potensi masalah yang mungkin terjadi, maupun proses tweaking yang perlu dilakukan, sudah bisa diantisipasi. Yang juga tidak kalah penting, jika sudah lulus sertifikasi 3C, berarti solusi tersebut sudah pernah diuji dan dijalankan teknisi Indonesia. Jadi jika ada masalah, karena ada teknisi lokal yang bisa memberikan support.

Output yang dikeluarkan pun bukan cuma sekadar pengesahan keberhasilan, namun juga seluruh dokumentasi pengujian. Jadi hasil pengujian itu bisa langsung digunakan sebagai white paper infrastruktur TI di perusahaan tersebut. Program ini akan memudahkan banyak pihak. Bagi partner seperti system integrator, mereka bisa mencoba sebuah solusi tanpa harus membuat infrastruktur pengujian sendiri-sendiri. Sementara bagi customer atau perusahaan, mereka bisa melakukan serangkaian pengujian sebelum menerapkan sebuah solusi di kondisi sebenarnya.

Meluas ke Regional

Kelengkapan hardware memang menjadi salah satu kekuatan CTI. Karena menjadi partner dari principal, CTI memiliki akses untuk produk-produk terbaru. CTI juga tidak ragu melakukan investasi untuk melengkapi Technology Center-nya. Keuntungan yang dimaksud tidak cuma dari sisi finansial, namun juga kemampuan teknisinya. Dengan terus memberi kesempatan belajar, Harry ingin kemampuan teknisinya terus terasah, yang berujung pada peningkatan kualitas support yang dimiliki CTI.

Langkah CTI pun tidak cuma berhenti di pasar lokal. Mereka sudah mengembangkan sayap ke regional yaitu Malaysia dan Philipina.. Sebagai langkah awal, CTI menawarkan support ke partner regional yang membutuhkan keahlian teknisi CTI. Harry berharap, langkah ini bisa menjadi tahap awal menuju cita-cita yang selalu ia impikan, yaitu membangun kemampuan teknisi Indonesia yang bisa berbicara di tingkat regional. “Kalaupun nanti ada entiti perusahaan, itu hanya tujuan kedua,” ungkap Harry.

Bagi Harry, SDM memang menjadi prioritas utama. “Perusahaan itu kan sebenarnya hanya kendaraan yang digunakan bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu,” ungkap Harry. Buah dari kerja bersama itu, baik keuntungan maupun kemampuan, adalah sesuatu yang harus dibagi-bagi lagi ke karyawan. Semoga saja, sharing kemampuan yang dilakukan Harry dan CTI bisa mengantarkan teknisi Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara atau bahkan dunia. (red/ju)