Digital Marketing: Data Analytics dan Pengembangan Brand jangka Panjang

0
3263

Jakarta, KomIT – Disrupsi era Teknologi Data ini juga ditenggarai oleh Jack Ma, Alibaba di Cebit dan visionary Gerd Leonhard di CommunicAsia Singapura, merubah komoditi masa depan dari komoditas tradisonal seperti minyak, sawit, menjadi ‘data’, dimana data will be the next oil ?

Seperti teknologi yang lain, data hanya komoditas yang tidak memiliki etika, sehingga manusia tetap yang harus memanfaatkannya dengan baik dan memberi etika, begitu prospek memanfaatkan teknologi masa depan Big Data yang dipaparkan di Executive Education Program (EEP) Markplus dengan judul “Integrating Traditional dan Digital Branding” oleh Rudi Rusdiah, CEO Micronics Internusa & ShopITe.ID di Teater Philip Kotler, Markplus Campus Kokas (Kota Kasablanca) dalam Case Study Accor Group Hotel dan artikel Big Data dan Your Brand dari Harvard Business Review oleh Marketing Guru Hermawan Kartajaya.

Pada awalnya era Data Warehousing, Business Intelijen (BI) atau Data Mining , data perusahaan Enterprise majoritas atau gravitasnya ada di Database (in-premise) perusahaan, apakah itu di Data Center milik perusahaan atau yang di outsource bahkan di Private Cloud Perusahaan, majoritas berupa data terstruktur (structured data). Kini dalam era disrupsi Big Data, data ada dimana mana dan 90% adalah data yang tidak terstruktur, di Sosial Media, di Public Cloud dan Cyberspace, serta 90% data ini terkumpul dalam dua tahun terakhir ini, sedemikian masifnya perkembangan volume data yang mendisrupsi dunia.

Jadi Big Data memang dapat dikatakan Perkembangan volume data yang masif, kombinasi data in premise dan data public, disebut Data Lakes, namun fokus teknologi adalah pada bagaimana akuisisi data, kemudian cleansing data (difilter dan dipilah) untuk kemudian yang relevan saja mungkin hanya 10% di analisa menggunakan teknologi Analytics oleh profesi baru, dikenal dengan Data Scientist. Sebetulnya teknologi Big data lebih pada proses dari data collections, cleansing dan analyticsnya, yang menjadi kompleks ketika volume data sangat besar, grafitasnya di Cyberspace dan data majoritas sudah tidak lagi terstruktur. Pertanyaannya kemudian sampai disinikan revolusi perkembangan Big Data ini ?

Ternyata memasuki era Internet of Things (IoT) atau Every Thing, maka IP Address didunia yang sebelumnya adalah umat manusia sejumlah hampir 7 miliar, 3 miliar memiliki IP address akan tumbuh eksponensial dengan adanya gadget dan sensor yang terhubung didunia hingga mencapai 50 Miliar IP atau koneksi(2020) IOT yang menjadi sumber data tidak terstruktur. So you see nothing yet ?

Karena materi Big Data dibungkus pada acara Digital Branding tentu kita akan kaitkan dengan model Marketing Guru Hermawan Kartajaya yang dikenal dengan 4C nya yaitu: (1). Change, fokus pada gatra teknologi; (2) Company; (3) Competitor; dan (4) Customer, dimana Change disebabkan oleh disrupsi dari teknologi Big Data, Cloud dll, sedangkan analytics data dapat menghasilkan insight mengenai 3C yaitu Company; Customer dan Competitor.

Diharapkan data analytics dapat memberikan insight untuk mendekatkan Customer kepada Perusahaan dan menghasilkan Conversion dan Fullfilment dan meningkatkan Competitive Advantage terhadap Competitor, serta Efisiensi dari Proses dan data internal Company. Era disrupsi ekonomi digital ini mengharapkan perusahaan melakukan transformasi memanfaatkan era Big Data dan studi kasus Micronics juga melakukan transformasi dari menjual Komputer di era Teknologi Informasi menuju ekosistem Data Factory/Reservoir, end to end dari menyediakan online Data Server; Data Storage; Data Network/Comm.; Data Security hingga Data Aplikasi seperti Big Data; Cloud Computing dll sesuai Tema Executive Education Program bagaimana melakukan transformasi (dan integrasi) dengan judul “Integrating Traditional dan Digital Branding”.

Studi kasus Harvard Business Review judul “Don’t let Big Data bury Your Brand” mengharapkan agar data analytics tidak digunakan hanya untuk meningkatkan sales jangka pendek dengan promosi, namun bagaimana mempertahankan dan mengembangkan Brand untuk periode jangka Panjang. Akhirnya teknologi dan data hanya tools dan objek, semua tergantung pada Korporasi yang memanfaatkan teknologi ini ‘for goods or hopefully not for worse’. (rrusdiah@yahoo.com).