APJII: Penetrasi Internet Capai 51,8% (132,7 Juta jiwa)

0
4280

Jakarta, KomIT – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama Polling Indonesia merilis hasil survey terkait statistic pengguna internet di Indonesia berikut perilaku pengguna internet tersebut yang digelar pada Juni 2016. Hasilnya, penetrasi internet itu sudah mencapai 51,8% atau telah mencapai 132,7 juta, dari total populasi penduduk Indonesia yang mencapai 256,2 juta jiwa.

Ketua Umum APJII, Jamalul Izza mengatakan, dari hasil survey tersebut menujukkan masih ada 48,2% populasi penduduk yang belum memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, angka ini jauh lebih tinggi dari hasil survei 2014, yang saat itu, berjumlah 88 juta. @Kami berharap, angka penetrasi internet pada 2017 bertambah lagi, karena populasi penduduk Indonesia juga kian bertambah,” tuturnya dalam rilis survey internet APJII 2016 di Jakarta, Senin (24/10).

Hal senada juga dikatakan Sekjen APJII, Henri Kasyfi Soemartono. Menurut dia, dari 132,7 juta pengguna internet tersebut, sebanyak 47,5% diantaranya adalah perempuan, dan 52,5 persen lainnya laki-laki. Dilihat dari daerah asal, sekitar 65% atau 86,3 juta berasal dari Pulau Jawa. Kemudian 15,7% atau sekitar 20,75 juta pengguna berada di Sumatera. Sementara di Indonesia bagian timur, seperti di Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, pengguna internetnya masing-masing tak lebih dari 7%, atau di bawah 9 juta.

“Masih minimnya infrastruktur dan kurangnya persebaran populasi di luar Jawa mempengaruhi penetrasi internet di wilayah itu. Proyek Palapa Ring yang bakal rampung dikerjakan pemerintah pada 2019, diharapkan akan membuka akses bagi kawasan Indonesia Tengah dan Indonesia Timur”

Ironisnya, dari sekitar 132,7 juta pengguna itu, baru sekitar 10,4 juta yang sehari-harinya menggunakan internet untuk keperluan bisnis, berdagang dan cari barang. Mayoritas pengguna sekitar 31,3 juta, menggunakan internet untuk meng-update informasi, dan 17,9 juta untuk mengisi waktu luang. “Dari angka ini terlihat bahwa potensi e-commerce Indonesia masih bisa jauh lebih berkembang karena baru 10,4 juta yang mengakses internet untuk keperluan bisnis, dagang, atau cari barang,” jelas Henri Kasyfi.

Meski begitu, sebanyak 130,8 juta pengguna (98,6%) sudah mengetahui bahwa internet sebagai tempat menawarkan, mencari, atau jual beli barang dan jasa. Online shop menjadi konten komersial yang sering dikunjungi oleh 82,2 juta pengguna (62 persen), di urutan berikutnya adalah konten bisnis personal, yang dikunjungi 45,3 juta pengguna (34,2%).

Dilaporkan juga bahwa 84,2 juta pengguna internet (63,5%) pernah bertransaksi online. Namun teknis pembayaran transaksi online itu sebagian besar tidak dilakukan dalam sekali akses internet, karena 48,7 juta pengguna (36,7 persen) memilih menyelesaikan pembayaran lewat ATM. Sedangkan 18,8 juta pengguna (14,2%) memilih transaksi bayar di tempat (cash on delivery/COD), dan 9,9 juta (7,5%) yang memilih menggunakan internet banking.

Dari sisi profesi, pengguna yang menjadi karyawan swasta dan mahasiswa masih dominan, masing-masing mencapai 88% (23,8 juta) dan 89% (18 juta). Uniknya, pekerja kesehatan juga menempati prosentase yang tinggi, yaitu 85%. “Data statistik yang lebih mencengangkan menunjukkan bahwa anak usia 10-14 tahun telah 100% menggunakan internet, sementara hanya 3% penduduk berusia 50 tahun yang menggunakan internet,” bebernya.

Terkait jenis layanan internet yang sering digunakan, sebanyak 69,9% (92,8 juta) merupakan pengguna mobile internet. Selebihnya sekitar 13,3% (17,7 juta) mengakses internet dari rumah; 11,2% (14,9 juta) menggunakan fasilitas internet kantor; 2,2% (2,9 juta) menggunakan fasilitas internet kampus; 0,9% (1,2 juta) mengakses internet café, dan 1,6% (2,1 juta) lewat warung internet.

Sementara itu, Yonda Nur Taqwa, dari Polling Indonesia mengatakan, survey dilakukan dengan tatap muka menggunakan metode multi stage dan random sampling. Survei dilakukan bertahap, yaitu untuk survey statistic pengguna internet dilakukan pada 1—11 Juni 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 1.250 orang. Survei berikutnya untuk mengetahui perilaku pengguna internet dilakukan pada 15—29 Juni 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 2.000 orang. Pemilihan sampel dilakukan secara acar sesuai basis provinsinya. Di Pulau Jawa yang populasinya besar, jumlah sampel yang diambil juga lebih besar. (red/RR)