DIGICOOP: Industri Smartphone Berdaulat & Kurangi Defisit Perdagangan RI 2017

0
3246

DigicoopProsesRakit1Line 7crop

Jakarta, KomIT – Mastel dan APJII membentuk KDIM (Koperasi Digital Indonesia Mandiri) pada 2016 untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berdaulat dalam bidang industri Telematika, dengan awalnya menguasai produksi Smartphone, merek DIGICOOP didalam negeri, dirancang oleh perusahaan TSM berdomisili nasional dan dirakit oleh perusahaan dalam negeri VS Technology di Cikarang. Selanjutnya kedaulatan Device ini oleh KDIM diharapkan akan merambah ke sektor Network yaitu Penguasaan sebagai Operator Satelit RI dan berikutnya sektor Aplikasi, atau dikenal dengan konsep DNA (Device, Network dan Aplikasi).

Objektif utama KDIM adalah kontribusi meningkatkan daya saing industri Republik Indonesia (RI) dari gencar-nya serangan produk telematika impor dan konsumen domestik RI hanya dijadikan pasar, serta pembengkakan defisit neraca perdagangan karena import gadget handphone sudah mencapai Rp 60 Triliun pertahun. Bayangkan, Seandainya RI mempunyai produksi nasional dan semua merek harus merakit di Indonesia maka penghematan devisa pada tahap awal TKDN bisa mencapai 30% atau sekitar Rp 18 Triliun dan terus meningkat. Regulasi TKDN Hardware 30% yang harus dipenuhi oleh importir smartphone 4G pada 2017 mendorong industri perakitan smartphone di Indonesia, meski sekarang muncul TKDN Software yang membuat semangat TKDN Hardware agak sedikit kendor, karena ada opsi kedua TKDN Software. TKDN Digicoop saat di uji sudah mencapai 20.2% diatas ketentuan regulasi TKDN Hardware Smartphone 20% (2016). Dampak sampingan dari produksi lokal KDIM untuk memenuhi TKDN Hardware adalah peningkatan kebutuhan tenaga kerja Indonesia yang signifikan, serta mulai bersemi-nya industri industri pendukung dan komponen yang akan beramai ramai membangun industri elektronika di RI.

Bisa dibayangkan dampak efek kumulatif-nya (ripple effect), jika semua stakeholder dan Kementrian memiliki National Interest untuk selalu konsisten mendukung proyek nasional ini dan tidak terpecah belah, serta menimbulkan ego sektoral, sehingga industri dalam negeri akan semakin berdaya ditengah persaingan dan ketidak pastian global memasuki 2017 ini dengan terpilihnya Trump, dan fenomena Brexit dan Tiongkok. Presiden Joko Widodo tentu sangat mendukung langkah KDIM, karena beliau sangat perhatian (concerned) terhadap industri dalam negeri, kedaulatan industri telematika dan neraca pembayaran RI yang harus dapat menurunkan defisit neraca perdagangan dimasa depan. Diharapkan Presiden Jokowi akan menerima delegasi KDIM ke Istana untuk lebih meyakinkan Masyarakat akan komitmen bersama Pemerintah mendukung Produksi Dalam Negeri. Seperti pidato Trump dengan America First dan mendorong produk rakitan dalam negeri merupakan hal dilakukan banyak negara untuk meningkatkan kedaulatan negara di bidang industri dalam negeri dan memberikan lapangan pekerjaan domestik.

Objektif lainnya dari pemberdayaan rakyat Indonesia adalah untuk pertama kalinya masyarakat Indonesia dapat memperoleh Digicoop dan sekaligus menjadi pemegang saham yang menerima semacam dividen koperasi yang disebut SHU (Sisa/Selish Hasil Usaha atau keuntungan) dari koperasi digital KDIM. SHU ini dari sistem iklan dan apps Androids yang dipasang sehingga menghasilkan pendapatan dari iklan melalui poin sistem, seperti pulsa, voucher dan lainnya, sehingga semakin sering dipakai memungkinkan membayar biaya pulsa dan data. Anggota KDIM secara otomatis menjadi pemilik koperasi Digital KDIM yang membuat Gadget Smartphone, dimana sebelumnya masyarakat kita hanya pengguna merek merek Global dan tidak memiliki keuntungan apa pun. Dengan membayar simpanan pokok dan wajib per tahun total Rp 1.3 juta menjadi anggota KDIM mendapatkan smartphone DigiCoop.

Peluncuran Produksi Perdana Smartphone DigiCoop oleh KDIM di lokasi pabrik PT VS Technology, dihadiri oleh stakeholder KDIM antara lain Kristiono, Ketua Umum Mastel (Masyarakat Telematika); Henri Kasyfi Ketua KDIM, yang juga Sekjen APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) ; Ketua Umum APJII Jamalul Izza; Teguh Prasetya; Rudi Rusdiah; Eddy Thoyib; Arki Rifazka, Erwin Agam dari Kepengurusan Harian Mastel; Adi Indrayanto, ITB; Hendra Warsita,Edo Rinaldo dari MarkPlus,Inc, Yovita Belina Lim dari PT TSM (Tata Sarana Mandiri); dan tuan rumah PT VS bersama tamu undangan dan rekan media.
Peluncuran diresmikan oleh Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika bersama Menteri Koperasi dan UKM, diwakili oleh Agus Muharram, MSP, Sekretaris Jenderal dan Ketua Bekraf diwakili oleh Hari Sungkari, Deputi Infrastruktur, Bekraft (Badan Ekonomi Kreatif), sebelum melakukan peninjauan pabrik VS Technology, dimana smartphone Digicoop di produksi. Acara dilanjutkan dengan MOU KDIM dengan Koperasi XL dan PT Telekomunikasi Indonesia untuk meningkatkan channel distribusi dari Digicoop dimasa mendatang (20/1/2017).

Digicoop dirancang dalam design baik perangkat keras (device smartphone), maupun perangkat lunak (Operating System Androids), termasuk pemilihan supply chain component bermitra dengan PT TSM sebagai satu satunya Independent Design House berlisensi (IPR) di Indonesia, yang didukung oleh perusahaan chipset Smartphone 3G dan 4G Global Qualcomm dari Amerika Serikat (AS), ujar Yovita. TSM hadir ditanah air untuk membangun dan menumbuhkan pohon industri perangkat telekomunikasi mobile sesuai roadmap dari Kementrian Perindustrian khususnya industri Smartphone di NKRI dengan menggandeng supply chain komponen dari luar negeri untuk investasi pabrik komponen di NKRI. Sayang nya baru 10 pabrikan smartphone nasional PMDN seperti DigiCoop (KDIM, Cikarang), Polytron (PT Hartono, Kudus), Evercoss (PT Aries, Semarang), Advan ( PT Arga Mas, Semarang), Mito (PT Maju Express, Tanggerang), Smartfren (PT Smartfren, Jakarta) dan lainnya serta beberapa PMA seperti Samsung (PT Samsung, Cikarang), Oppo (PT Oppo Indonesia, Tanggerang), Huawei (PT Huawei Tech, Surabaya) dan lainnya, sehingga supply chain komponen masih sangat terbatas dan sebagian besar komponen masih harus import, sehingga cukup sulit mendapatkan TKDN hardware 30% yang diberlakukan awal 2017, namun berkat kolaborasi dari berbagai stakeholder Digicoop berhasil memenuhi persyaratan TKDN ini dan segera akan diproduksi dan dipasarkan secara nasional.

Pasar Mobile Phone Indonesia 50.95 juta (2015) menurun 10 % menjadi 46.06 juta(2016) karena ponsel fitur semakin tergerus memasuki fase sunset, namun prediksi 2017 meningkat 0.1% menjadi 46.44 juta oleh Smartphone yang memasuki fase growth/pertumbuhan. Pasar Smartphone 32.14 juta (2015) meningkat 3% menjadi 33.04 juta (2016), dan diprediksi akan prospektif meningkat 8% hingga 35.74 juta pada 2017, menurut data Gfk kepada Komite.ID.

Diharapkan dengan adanya industri seperti KDIM; Polytron; Panggung Elektronik; Satnusa di Batam dan yang lain, maka semakin banyak pabrik komponen yang akan relokasi ke Indonesia dan strategi kedepan meningkatkan TKDN jauh lebih tinggi untuk makin mengurangi defisit neraca perdagangan import ekspor. Ditambah tenaga kerja terampil yang bakal semakin banyak dibutuhkan oleh adanya KDIM dan Digicoop, serta sangat mendukung dan andalan program Nawacita RI seperti yang dijelaskan oleh Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI ketika memberikan keynote speech pada acara HUT Mastel (rrusdiah@yahoo.com)