Jakarta, KomIT – Kedatangan Raja Arab Saudi Salman ke Jakarta, bersamaan dengan diselenggarakan ICION (Indonesian CIO Network) 5th Annual Conference 2017 di Hotel Inaya Putri Resort, Nusa Dua, Bali, dihadiri oleh hampir 100 pakar teknologi digital dan C level di sector Telematika (1-3 Maret).
Dari analisa Komite.ID dan ABDI terkait alasan kunjungan full team Raja Salman bersama 10 menteri, 25 pangeran dan 1,500 delegasi Arab Saudi (DelAR), disebabkan kondisi Timur Tengah yang tadinya bergelimpangan uang dan surplus ekonomi, karena bonanza minyak sebagai komoditas utama era Aramco (Arabian American Oil Co), yang pernah menjadi perusahaan minyak terbesar didunia dengan nilai kapitalisasi $1.25 Triliun mulai kehilangan pamornya ketika harga minyak turun drastis sejak 2014 menuai defisit sebesar $ 89 miliar(2016).
Sehingga Arab Saudi harus segera melakukan Transformasi dan diversifikasi pendapatan dari berbagai sumber, jika kerajaan Arab Saudi dan generasi masa depan Saudi ingin survive dan sustainable (Saudi Vision 2030). Negara Indonesia memiliki magnit daya tarik sebagai: (1) Negara dengan penduduk Muslim terbesar dapat meningkatkan dana abadi dari kenaikan kuota kunjungan Naik Haji Indonesia per tahun; (2) Berada di katulistiwa dengan area yang salah satu terluas didunia untuk industri pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan; (3) Kondisi politik yang relative stabil dibandingkan situasi di Timur Tengah, Eropa dan ekonomi dengan pertumbuhan GDP diatas 5%. Meminjam data presentasi Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo yang memprediksi persaingan atau perang kedepan bukan lagi perang konvensional, tapi diplomasi perdagangan dan ekonomi, mengingat geo politik Indonesia sangat strategis, berada di katulistiwa yang berpotensi besar menjadi paru paru dunia, hasil kehutanan dan pertanian didunia, jika dikelolah dengan benar.
Jadi Negara sekaya Saudi pun terdisrupsi oleh masifnya perkembangan teknologi dan transformasi menjadi keniscayaan atau akan tertinggal oleh perubahan zaman, jika terlena atau terlambat menggunakan momentum ini. Kunjungan Raja Salman sangat strategis bagi Saudi untuk menjalin kerjasama yang dapat membantu domestik Saudi melakukan transformasi dan diverifikasi bisnis yang sebelumnya tergantung 100% dari bonanza dan komoditas minyak dan gas.Bagaimana dengan NKRI apakah hanya akan terlena menunggu terdisrupsi dan menjadi penonton transformasi Negara lain seperti Saudi ?
Jika pada 2006 perusahaan terkaya di didunia dikuasai oleh perusahaan Minyak seperti Exxon Mobil, AS ($ 362.5 miliar); BP, Ingris ($225.9 miliar); Royal Dutch Shell ($203.5), maka satu dekade kemudian pada 2016 perusahaan klasik terkaya didunia terdisrupsi dan dikuasai oleh perusahaan disruptor ICT seperti Apple, AS ($571.4 miliar); Alphabet (Google $ 530.6 miliar); Amazon ($362.4 miliar); Facebook ($ 356 miliar) dengan komoditas Data. Kini informasi kemudian data anlytics menjadi komoditas penting menggantikan minyak dan gas
Bukan koinsiden, tema utama ICION tahun ke 5 bersamaan dengan kunjungan Raja Salman adalah “Embracing The New Digital World with Transformative and Secure Technology”.
National address oleh Aidil Chendramata, Direktur IT Security, Kemenkominfo, yang hadir sehari sebelumnya memberikan workshop Kominfo dan Nutanix terkait security. Industrial address oleh Clayton Jones, Managing Director Asia Pacific (ISC)2 yang fokus pada Clouds dan Digital Transformation, saat kita melangkah kedepan memasuki era baru Clouds Computing. Laporan IDC yang dikutip oleh Clayton, bahwa 60% dari Top 1,000 perusahaan di Asia Pacific akan melakukan digital transformasi akhir 2017 dan Digital Transformasi memauki tahap ke 4 revolusi digital Berawal dari Clouds Computing atau Internet menuju IOT (Internet of Things atau M2M); Data Analytics/Big Data; Artificial Intelligent & Augmented Realities , merubah cara manusia bekerja, dirumah, live and play.
Meski dalam sejarah tidak ada bisnis yang abadi dan tidak terdisrupsi , Clayton merasa Clouds is here to stay, abadi, karena murah; fleksible; upgradeable, padahal tidak ada yang abadi kecuali perubahan (transformasi) itu sendiri. Privacy tetap menjadi concern dari Clayton dimana di Eropa diatur oleh “EU General Data Protection Regulation(GDPR) ? Menurut laporan Ponomen (2016) judul “2016 Cost of Data Breach Study)dimana Data Breach (Kebobolan) disebabkan oleh partisipasi Pihak Ketiga pada insiden, migrasi ke clouds dll. Namun hambatan untuk melakukan adopsi Cloud: (1). Legal & Regulasi compliance tetap penting dengan angka 42% dan meningkat; Data loss dan resiko kebocoran 40%; SDM handal 26%.
Berikutnya Edwin Lim, Regional Director, Fortinet melihat Gojek sebagai Digital Transformasi (DX) Unicorn dari startup yang sukses medisrupsi raksasa bisnis taxi konvensional berbasis argo meter, karena kecepatan, inovasi dari DX yang memberikan impact social ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat pengguna gojek di Indonesia. Sejak Maret 2016 sudah ada 13 juta downloads aplikasi Gojek Bisnis modelnya tidak lagi seperti perusahaan brick & mortal yang berbasis Cost Based sedangkan Gojek menggunakan Customer dan Benefit Based. Kita memasuki era keempat dari revolusi industry: (1) Steam/Water Power (1780); Produksi Masa/Listrik (1920); Computer& Automation (1970) dan kini Cyberspace/Internet (2000- ) berlanjut dengan Big Data atau IOT dll.
Tradisional enterprise yang terdisrupsi mendapatkan tantangan dan Kompetisi dari Digital Native, sama dengan generasi baby boomer merupakan generasi digital imigran, sedangkan generasi milenial merupakan generasi digital native. Digital Transformasi (DX) akan merubah market leadership kedepan. Defini dari DX adalah Transformasi berbasis meningkatkan data melalui teknologi yang akan menghasilkan banyak Insight. Objektif Data driven business adalah memberdayakan klien experience melalui targeting clien dan engagement dan jargonnya adalah Disrupt, Improve dan Evolve ujar Edwin. Sedangkan DX di sector ritel dimana pemain ecommerce mendorong omni channel bisnis shopping dan pentingnya “customer experience”.
Paul Serano, CTO APJ, Nutanix menggambarkan IT Enterprise masa depan harus Fast, Secure dan Reliable seperti jargon militer dan security. Infrastruktur pendukung harus dapat beroperasi 100% dan 24/7, fleksible, expandable, karakter dari teknologi clouds. Nasdaq pernah down , Wallstreet infrastruktur kritis di AS pernah down, juga perusahaan penerbangan global juga banyak yang down, karena mismatch antara perkembangan transaksi dan jumlah pelanggan yang sangat cepat sekali, namun infrastruktur IT Enterprise yang cenderung statis. Ini menjadi ketakutan bagi banyak CIO karena investasi infrastruktur yang konstan, tapi pertumbuhan permintaan, customer yang meningkat, sehingga banyak perusahaan yang tidak sanggup mengikuti perkembangan customernya, terpaksa mengalami crash. Namun disruptor seperti Google, Amazon dan Alibaba sukses menjawab tantangan ini, dimana mereka selalu bisa mengikuti peningkatan demand yang massif tapi tetap memberikan service yang mutunya relative constant. Disini peran produk infrasturktur enterprise IT seperti Nutanix menjadi penting.
ABDI (Asosiasi Big Data Indonesia) sebagai salah satu panelis mengusung judul “ Digital Transformation & Securing Data Infrastructure” pada akhir acara hari pertama atas undangan Ray Sugiarto, Wise Pacific distributor Nutanix Enterprise IT Company. Security tetap menjadi concern para CIO dan juga para panelist antara lain: Rudi Rusdiah, ABDI; Andang Nugroho Chapter Lead, ISC2; Eko Putranto, GM IT Tunas Ridean; Dhany Sulistyo, IBM dengan moderator Anthony Lim, CSA APAC. Konferensi hari kedua diakhiri dengan MOU antara ABDI dengan Wise Pacific Venture tentang program intensive training Big Data selama 3 hari yang akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 3-5 May 2017 dan 12-14 July 2017 dan kerjasama partnership dengan Nutanix distributor (rrusdiah@yahoo.com).