Admiral Harris US Pacific Commander: HUT RI ke 72 & Tantangan Regional AS-RI

0
3506

Jakarta, KomIT – Samudra Indonesia dan Pasifik disekitar kawasan Asia Tenggara, disebut Admiral Harry Harris Komandan Armada US Pacific dalam pidato kunci sebagai Indo Asia Pacific region. Di artikel ini disebut sebagai Kawasan Indo Pasifik, urat nadi strategis komunikasi, transportasi, perdagangan dan ekonomi negara kawasan seperti Indonesia, New Zealand, Australia, Malaysia, Singapore, Filipina dan Asia, yang menghubungkan link India Australia; South East Asia; North East Asia; Oceania dan AS (Amerika Serikat). Admiral Harris, US Pacific Commander (US Pacom) hadir di Jakarta memberikan keynote speech di Special Open Forum USINDO (US RI Society) dengan topik “US Indonesia Bilateral Security Relationship”. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Laksamana (pur) Dr Marsetyo mantan KASAL; Mayjen TNI Dr Yoedhi Swastanto, Dirjen Strategi Pertahanan, Kementrian Pertahanan RI, Theo Sambuaga, chairman Usindo serta wakil dari Lemhannas; TNI; Polri. Harris memiliki banyak pengalaman di berbagai operasi militer dunia seperti Dessert Storm; Perang Irak; Afghanistan dan lulusanHarvards Kennedy Schools, Oxford & Georgetown dengan konsentrasi East Asia Security dan memberikan laporan langsung kepada Presiden AS Donald Trump melalui US Secretary of Defense.

Pada kesempatan keynote ini, Admiral Harris menyambut gembira dan bersedia menghadirkan US Army Apache bersama sama di parade upacara pada HUT (Hari Ulang Tahun) TNI Oktober 2017. Selanjutnya adalah kutipan pidato kunci Admiral Harris oleh Rudi Rusdiah redaktur Komite.id yang akan fokus pada tiga tantangan Global, dengan episentrum di Indo Pacific, yaitu isu Laut Tiongkok Selatan (LTS); isu Korea Utara (Korea Utara) dan isu Global Terorisme dan Radikalisme, ISIS, selain beberapa kerjasama latihan militer AS dan RI:

Tujuh puluh tahun kehadiran AS melalui Pacom bersama negara tuan rumah regional Asean menjaga national interest, ekonomi dan diplomasi kawasan strategis IndoAsia Pasifik, menjadi sukses story Asean ditataran Global, dalam menjaga perdamaian, transformasi politik serta pembangunan ekonomi sejak PD II. Sekarang kawasan Asean atau Indo Asia menjadi tuan rumah tiga ekonomi besar dunia dan tujuh pasar yang berkembang paling pesat didunia. RI juga menjadi anggota G20, karena berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi sejak 1990, menjadi ekonomi terbesar di Asean dan ekonomi ke enam belas dunia, ujar Harris dengan optimis. Kawasan Indopacific juga ranking ke tujuh militer dunia yang membentuk arah positif dari keamanan global, yang mengalami dekade situasi aman dan stabil untuk menciptakan peaceful dan secure environment, serta kemakmuran yang jarang dapat dirasakan kawasan lain dalam sejarah politik dunia modern. Cerita sukses hasil dari arsitektur keamanan bersama Asean didukung kemitraan strategis dan keamanan kawasan dengan Indonesia & AS, sehingga kehadiran AS sangat mendukung hubungan baik dengan Asean dan RI.

Dalam pertemuan Wakil President Mike Pence dengan Presiden RI Joko Widodo di Jakarta mengatakan bahwa Indonesia adalah demokrasi kedua terbesar di dunia dan banyak kesamaan antara AS dan RI termasuk kebebasan (freedom) berpendapat, penerapan aturan dan hukum, Hak Asasi Manusia (HAM) dan ke Bhineka-an dalam beragama (religion diversity), sehingga kemitraan AS dan RI sangat penting terkait kepentingan nasional kedua negara, dibuktikan dengan kunjungan tur banyak pejabat AS seperti Obama, Mike Pence dan Admiral Harris ke Mesjid Istiqlal terbesar di Indonesia, negara dengan penduduk muslim majoritas terbesar di dunia. Indonesia, negara yang paling mendukung kemajemukan (pluralistic country) didunia. Sistem politik demokrasi yang patut dibanggakan sebagai bukti budaya, sejarah dan kebebasan beragama, yang memberikan kontribusi nilai dan norma demokrasi yang positif dan unggul. Menurut Komite.id peranan empat Pilar Negara RI, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI merupakan kunci sukses persatuan, keamanan dan kesejahteraan bangsa Indonesia yang harus terus dipertahankan. Banyak peluang ekonomi dan kesempatan yang tidak terbatas, namun dalam perjalanannya masih ada beberapa tantangan regional yang masih harus dihadapi bersama seperti isu Semenanjung Korea (Korut); isu LTS dan Terorisme/ Radikalisme ISIS.

Semenanjung Korea & Kim Yong Un (KYU)

Secara geografis, Korut masih jauh dari Asean dan kawasan Indopacific secara keseluruhan, meskipun ancaman pemimpin tertinggi Negara Korut, KYU belakangan ini mengancam akan menyerang pangkalan AS Guam, yang juga berdekatan dengan kawasan Indo Pacific, khususnya RI bagian Timur dan Utara, serta jangkauan ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) dengan nuclear war head(kepala bom nuklir) mengarah kesemua kawasan Indopacific dan dunia. Kombinasi nuklir dan teknologi ICBM ditangan KYU adalah resep cikal bakal bencana dunia, dimana KYU tidak pernah khawatir gagal di uji coba publik, maka kemampuan Korut akan terus meningkat dan memprihatinkan dunia. Secretary of State AS, Rex Tillerson di Manila (7/8/2017) bersama Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley tidak berhasil menerapkan tekanan diplomasi dan ekonomi agar Korea menghentikan program nuklir dan ICBM, sehingga US PACOM tidak memiliki opsi, selain berusaha keras mendukung opsi diplomasi dengan menyiapkan kekuatan perang yang kredibel.

Admiral Harris percaya bahwa setiap negara harus memberikan kontribusi terhadap keamanan dan perdamaian dunia dengan menekan secara diplomatis dan ekonomis, agar KYU dapat berpikir rasional menghentikan ancaman nya dan US Pacom akan terus mengkaji semua opsi militer kepada Presiden AS. Trump baru baru ini menggaris bawahi bahwa kemitraan AS dengan negara kawasan Indo Pasifik sangat strategis untuk mengantisipasi ancaman keamanan komunitas internasional oleh uji coba ICBM Korut (28/7/2017) dan menolak alasan Korut bahwa uji coba ini terkait masalah perlindungan keamanan Korut, bahkan sebaliknya uji coba ICBM ini akan menyebabkan sangsi ekonomi PBB, melemahkan ekonomi dalam negeri Korut dan membuat sengsara rakyat Korut.

Trump menegaskan akan mengambil segala langkah opsi untuk menjamin keamanan Tanah air (homeland) dan kedaulatan AS, serta sekutu AS dikawasan Indo Pasifik. Termasuk himbauan Trump agar Republik Rakyat Tiongkok (RRT) lebih tegas menerapkan pengaruh kekuatan ekonomi terhadap Korut, karena 92% total perdagangan sebesar $ 6 miliar antara RRT dengan Korut. RRT adalah kunci perdamaian menghadapi ancaman nuklir semenanjung Korea dan RRT baru baru ini mendukung sangsi ekonomi PBB terhadap Korut. Negara raksasa seperti Tiongkok dapat berjalan sambil mengunyah permen (karet), dan AS patut menghargai usaha Tiongkok membantu menyelamatkan pelaut AS yang hilang di LTS, meski disisi lain RRT masih enggan menekan Korut sebagai mana mestinya.

GeoPolitik Laut Tiongkok Selatan (LTS)

Belakangan ini Tiongkok membangun kekuatan militer dan keunggulan geo positioning (geografis) dalam usaha mendukung kedaulatan defakto atas fitur dan spasial pulau karang di LTS. RRT secara fundamental merubah landscape fisik dan politis serta menciptakan basis militer disebuah pulau karang. Dengan propaganda bahwa tujuan nya untuk operasi penyelamatan, namun sudah menimbulkan konflik dengan banyak Negara kawasan LTS dan menggerus aturan main keamanan (rule based security order) UNCLOS dan ZEE.

Terkait kepentingan perdagangan dan melindungi aset maritim nasional, Indonesia masih fokus pada dampak ekonomi dan lingkungan hidup kelautan RI oleh illegal fishing di Zona Ekonomi Eklusif (ZEE- Exclusive Economic Zone) perairan dan pantai Nusantara, dimana RI sebagai penghasil makanan laut terbesar dunia dan melindungi nilai kekayaan alam maritime yang luar biasa bagi generasi dunia yang akan datang dan sumber daya alam serta iklim bumi. Isu penamaan Laut Natuna Utara saja mengundang protes RRT dan konflik kawasan LTS tidak dapat diselesaikan oleh satu, dua negara secara bilateral, namun membutuhkan dialog bersama multilateral negara kawasan, disini AS siap bekerjasama dengan Indonesia dan mitra negara kawasan secara multilateral dan suara kepemimpinan RI di Asean sangat strategis.

Isu Terorisme & Radikalisme

Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah ISIS, yang jelas harus dapat dihancurkan, dan fokus AS secara geografis melawan koalisi ISIS di Timur Tengah, Afghanistan dan Afrika Utara. Beberapa bulan terakhir operasi kekuatan militer AS, Rusia, Irak dan Syria berhasil menghancurkan banyak teritori ISIS seperti di Mosul, Irak, sehingga ISIS dipaksa menyebarkan radikalisme dan merubah kemampuan taktik militer ISIS menginspirasi teroris klandestin baru di kawasan Indo Asia Pacific seperti Marawi, Mindanao, Filipina, Malaysia, Banglades dan dikhawatirkan juga menyusup ke Indonesia melalui ajaran, doktrin radikalisme, Wahabi & terorisme. Indonesia sudah lama mengenal terorisme dan bom ekstrimis sejak serangan bom Bali terkait Al Qaida (2002), tahun lalu di Thamrin Jakarta dan serangan di Kampung Melayu belakangan ini terkait ISIS. Memprihatinkan melihat apa yang terjadi di Mindanao, Filipina Selatan, sejak kelompok Jihadist Abu Sayyaf mendukung doktrin Wahabi, yang membajak dan sandera WNI dilaut Sulu, yang didukung dan berkoalisi dengan bendera hitam ISIS mendirikan copycat (Khilafah) ISIS di Filipina Selatan, yang pertama kali dalam sejarah kawasan Asean yang aman dan berdaulat. Jelas terpantau tentara asing dari kawasan luar maupun dalam Asean menyalurkan ideologi radikalisme, sumber daya teror dan menelurkan jalur kepemimpinan ke pada generasi baru radikal lokal setempat, yang seharusnya menjadi alarm bagi setiap negara di kawasan Asean bahkan Australia merasakan dampaknya.

Sangat kritis untuk kolaborasi Multinasional dan Multilateral menghacurkan sel sel ISIS dan radikal dari saat ini, seperti operasi bersama RI, Malaysia dan Filipina menghancurkan piracy dan penyanderaan di laut Sulu, sebelum masalah radikal, ekstrimis ISIS ini semakin menyebar ke kawasan yang lain. Kolaborasi di daerah archipelago RI terbesar dunia dan kedua terbesar, Filipina menghubungkan tiga negara besar kawasan Asean dan ribuan pulau untuk membasmi manuver kawasan teroris, rekruitmen dan sumber pendapatan mereka. Indonesia memainkan peranan kunci melawan terorisme dan radikal, yang juga sukses membantu menghancurkan sel teroris di Batam yang berafiliasi dengan ISIS sebelum beraksi di Singapura.

Kolaborasi US PACOM & TNI di kawasan archipelago terbesar dunia

Koordinasi dan hubungan baik US Pacom dan TNI adalah salah satu kunci keamanan kawasan Indopasifik dan AS sangat menghargai hubungan baik dengan TNI. Beberapa kerjasama penting PACOM dan TNI: Kerjasama latihan militer ke 22 ( Cooperation Afloat Readiness & Traning – CARAT) meliputi Anti Kapal Selam dan Anti Surface Warfare, aktifitas Visit, Board, Search dan Seizure (VBSS), Salvage & pengetahuan domain maritim Angkatan Laut (AL) mendorong keamanan bilateral, untuk meningkatkan hubungan baik AL AS-RI, Agustus 3-8, 2016. Latihan Perang Garuda Shield ke sebelas (11) di Indonesia dimana militer RI dan AS melakukan latihan survival, tembak dihutan rimba, command post dan terpenting meningkatkan kemampuan pengamanan kawasan. Militer kedua negara melatih interopabilitas aviation dan simulasi perang Helikopter Apache A64, yang pertama kali dilakukan diluar AS & semenanjung Korea bagi AL AS.

Squadron 225 AL AS dan TNI AL latihan militer Cope West ke 17 dari Sam Ratulangi Airport (11/11/2016) melibatkan pesawat Fighter F18 andalan AL AS pertama kali sejak 19 tahun. Latihan perang airlift, air-land dan air drop, dimana operasi militer ini penting untuk meningkatkan stabilitas di kawasan Indo-Asia-Pacifik. Meningkatkan kemampuan menanggapi Humanitarian Aids & Disaster Relieve (HADR) bantuan jika terjadi bencana alam atau perang.

Studi AS memprediksi bahwa dunia mencapai titik infleksi dalam sejarah manusia, meski belum akhir jaman, dimana basis Kebebasan demokrasi, Keadilan sedang dipertaruhkan dan digoyang oleh kekuatan radikal dan musuh dan manusia tidak bisa hanya berharap, karena akan menghadapi konsekwensi dan resiko yang kompleks, dinamis dengan tantangan beragam mengganggu keamanan RI, Global dan AS. Beberapa tantangan tampaknya tradisional seperti persaingan memperebutkan teritori, sumber daya alam, daerah perbatasan atau persaingan militer antar Negara, yang terkadang eskalasinya memprihatinkan seperti di LTS & Korut.

Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2017 yang ke 72, ujar Admiral Harris. Congratulation, Merdeka selama 72 tahun sangat signifikan. Pada akhir keynotenya, Admiral Harris mengutip kalimat Panglima Jenderal Pertama RI, Sudirman dalam bahasa Ingris “Stand up for what you belief. Even if it needs to standing alone” lanjutnya “Banyak yang masih harus diperjuangkan di abad ke 21 ini, AS dan RI akan berdiri bersama sama – “Stand together”. Demikian terjemahan bebas liputan majalah dan portal Komite.id (rrusdiah@yahoo.com).