Jakarta, Komite – Tahapan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) yang digagas oleh Badan Tenaga Nukilr Nasional (Batan), sejak empat tahun yang lalu, kini sudah memasuki tahapan detail desain, dan telah mendapatkan izin tapak dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Status tersebut merupakan capaian tahapan terdepan untuk desain reaktor generasi IV, dibandingkan dengan capaian negara lain di kawasan regional pada jenia reaktor yang sama.
RDE ini rencana akan dibangun di kawasan Puspiptek Serpong, di atas lahan kurang lebih 20 hektar. Reaktor generasi IV ini dipilih menjadi tipe RDE dengan alasan mempunyai teknologi keselamatan yang tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya. RDE merupakan reaktor daya yang berkapasitas 10 MWt atau setara dengan 3 Mwe, selain menghasilkan listrik juga akan difungsikan untuk proses desalinasi (mengubah air laut menjadi air tawar), produksi higrogen, dan proses pencairan batubara.
Kepala Batan Djarot Suslistio Wisnubroto mengatakan, capaian ini merupakan sebuah prestasi yang dicapai oleh Batan melalui Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) dalam penguasaan teknologi nuklir, kususnya dalam bidang reaktor. “Batan melalui PTKRN telah melakukan kajian keselamatan dan teknologi reaktor, yang empat tahun terakhir ini telah menyelesaikan desain RDE, desain konversi reaktor Bandung, dan ikut menjaga kinerja seluruh reaktor riset merupakan sebuah capaian tersendiri yang perlu disampaikan ke publik,” kata Djarot pada acara launching Detail Desian Tahap Awal RDE di Kawasan Nuklir Serpong, Puspiptek, Serpong, Jumat (16/11).
Disebutkan, dari aspek perizinan, pengembangan detail desain RDE merupakan salah satu syarat untuk mnedapatkan persetujuan desain dari Bapeten. Secara formal, tahap persetujuan ini sudah diajukan sejak 27 Juli 2018 dengan mengirimkan sebagian dokumen yang dipersyaratkan yakni dokumen detail dan dokumen laporan analisis keselamatan. Diharapkan mendapat persetujuan desain di tahun 2020 dan di tahun 2012 diharapkan izin konstruksi sudah di dapat.
Menurutnya, pengembangan detail desain RDE melibatkan personil dari berbagai bidang keahlian diantaranya keselamatan dan safeguard nuklir, desain proses, mekanik dan pemipaan, instrumentasi dan kendali, elektrik, serta tapak dan sipil. Selain bidang teknis, dalam pengembangan ini juga melibatkan kemampuan di bidang aspek sosialisasi, persiapan infrastruktur dan ekonomi. “Dalam pengerjaannya, Batan bekerja sama dengan berbagai lembaga yaitu Kemenristekdikti, BPPT, ITB, IPB, Universitas Indonesia, dan Universitas Pertamina,” tambahnya.
Namun demikian, dalam pengerjaan pengembangan desain ini, Djarot mengakui menghadapi kendala yang mendasar yakni kurangnya ahli nuklir di Indonesia baik di pemerintahan maupun swasta yang mampu menjelaskan kemampuan Indonesia dalam penguasaan teknologi reaktor. “Sebagian kalangan di Pemerintah gamang terhadap program semacam RDE maka dengan label merah putih, affrodable dan didukung banyak pihak diharapkan tantangan tersebut bisa teratasi,” jelasnya.(red)