72Th Bersama Rakyat TNI Kuat Jaga Kedaulatan Pancasila & NKRI

0
3798

Jakarta, KomITe – Politik seperti strategi, sejak jaman yunani adalah proses dan cara membuat keputusan dan kebijakan untuk sesuatu tujuan oleh pribadi, institusi atau sebuah kumpulan bahkan negara sekalipun, sehingga diantaranya ada politik praktis, hukum, negara, ekonomi, rupiah, sosial bahkan politik agama. Bagaimana dengan politik TNI dalam menjaga kedaulatan Negara, Pancasila dan NKRI? Simak di bawah petikan Amanah Presiden RI Joko Widodo selaku Panglima Tertinggi RI dan kedua kalinya Inspektur Upacara HUT TNI tentang politik negara dan profesionalisme TNI ke depan menghadapi Globalisasi, Demokratisasi & Disrupsi Teknologi.

Presiden RI Jokowi didampingi oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang mempersiapkan acara super akbar Dirgahayu HUT TNI ke 72, membanggakan, memberikan pesona dan sentimen positif kepada tamu undangan dan para diplomat yang hadir. TNI sebagai kekuatan militer nomor 14 terkuat di dunia dan tumpah ruah pesta masyarakat Banten untuk kedua kalinya di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, Kamis (5/10) pada lokasi  yang sama, 2015. Flashback, edisi perdana Komite.id, ketika Presiden RI, yang juga sebagai inspektur upacara di Dermaga yang sama pada awal Pemerintahan Presiden Joko Widodo (2015). klik: http://komite.id/2015/10/08/hut-tni-momentum-titik-infleksi-penguatan-rupiah/

Sapta Marga:
Jiwa dan Raga Perajurit TNI
Setelah pidato Jokowi dan pembacaan Sapta Marga, Gatot menegaskan ulang bahwa Politik TNI adalah Politik Negara. Politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya NKRI, yang didalamnya terangkum ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatan kepentingan rakyat diatas segala kepentingan apa pun dan mana pun. Perajurit Sapta Marga adalah Patriot RI pendukung serta pembela ideologi NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI serta bertanggung jawab,  tidak pernah kenal menyerah dan taqwa kepada Tuhan YME. Juga perajurit TNI, bhayangkari negara, yang memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pemimpin dan menjunjung tinggi kehormatan perajurit. Serta taat kepada atasan, yaitu Presiden RI, yang dipilih secara sah sesuai dengan konstitusi. Sekali lagi jangan ragukan kesetiaan TNI menutup sambutannya.

Sebelumnya pun, Gatot tidak menampik bahwa dirinya terlibat dalam percaturan politik (praktis), karena Panglima TNI pun harus berpolitik dan berstrategi, namun politiknya adalah politik negara, dan tidak akan tergoda untuk berpolitik praktis, selama masih aktif mengemban tugas sebagai Panglima TNI hingga 2018, sesuai konstitusi. Ini yang harus dipahami masyarakat dan partai politik. Sayangnya di era sosial media yang demokratis tanpa batas, dimana setiap WNI dapat menjadi citizen jurnalis, banyak berita yang tidak profesional berbasis dari sumber yang kurang jelas atau sepotong potong dikutip, dibubuhi opini kemudian diviralkan  seringkali melenceng dari statemen awalnya, sehingga beberapa pembicaraan potensi menimbulkan kegaduhan dan persepsi yang keliru, jika seseorang tidak mendengar secara komprehensif lengkap dan tidak memperoleh informasi dari sumber aslinya, misalnya dari media mainstream, apalagi digoreng oleh Populisme dan kepentingan politik golongan. Bahkan dialami oleh pilpres negara demokrasi tertua dan hegemon Amerika Serikat. Seperti di media tradisional, tetap saja di medsos pameo “bad news still good news” dan masyarakat harus berhati hati terhadap berita hoax, tribalisme dan upaya divide et impera gaya baru medsos.

“Saya tidak mengoreksi siapapun di sini. Kalau saya jadi prajurit, pedoman saya hanya Sapta Marga dan sumpah prajurit. Pimpinan tertinggi saya hanya presiden, bukan yang lain”, komentar Jenderal (purn) TNI Moeldoko, mantan Panglima TNI memberikan pandangan dan selamat HUT TNI ke 72 dari sesama alumni Lemhannas PPRA XLII/2008 dengan editor Komite.id dan Panglima TNI. Kondisi kompetitif dunia dewasa ini berjalan cepat, disruptif dan luar biasa. Oleh karena itu, persoalan penting yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai ada ancaman dari luar yang tidak dapat atau terlambat dikenali dengan cermat dan tepat, juga sayang kita sebagai bangsa  sering memunculkan ancaman baru yang justru kita ciptakan sendiri, tegas Moeldoko.

Sentimen Positif & Deterrent
Defile Pasukan lengkap dan simulasi Perang semesta penggunaan Kekuatan TriMatra hard power terpadu guna menjaga Kedaulatan NKRI dari luar sangat memukau para atase militer negara sahabat dan memberikan efek dan sentimen positif bagi Gatra lain seperti ekonomi, sosial dan budaya. Dapat juga dilihat dari pergerakan rupiah yang cenderung merosot sebelum 5 Oktober 2017 dan meningkat setelah HUT TNI ke 72 dan untuk kedua kalinya. Kekuatan deteren pencak silat oleh ratusan pasukan TriMatra TNI untuk menumpas segala bentuk terorisime dan rongrongan terhadap Pancasila diperagakan dengan mempesona, bahkan juga oleh tentara perempuan.

Simulasi terjun payung dan terjun dengan peralatan modern bersama anjing untuk pembebasan sandera dan perang total melawan terorisme, transnasional organized crime, narkoba dan perang proxy asimetris. Sebuah defile pasukan pada atraksi HUT kerap kali kita lihat dilakukan oleh negara super power seperti Tiongkok, Korea, dll,  namun jarang yang dapat menampilkan simulasi perang terintegrasi kekuatan tempur TriMatra life di depan tamu undangan dan masyarakat seperti di dermaga laut dalam dan terbuka, Cilegon, Banten ini. Simulasi medan perang melibatkan kekuatan artileri darat, laut, udara, kapal perang, pesawat udara CN235, F16, Sukhoi-30, helikopter Bell, Apache, akrobatik Yupiter, bahkan dua kapal selam RI Nanggala 402 dan Nagapasa 403, yang semestinya low profil tampil anggun di depan inspektur upacara mengikuti defile kapal perang RI bersama kapal latih Dewaruci yang sangat memukau.

Upacara diakhiri pemotongan tumpeng oleh Presiden RI Jokowi atas permintaan Panglima TNI, yang dibagikan kepada tiga wakil pejuang TNI dan pelaku sejarah. Pertama, Veteran pejuang, Paimin (92), sebagai Batalyon 439,413 dan Kostrad Jakarta (1950-1970). Kedua, Kyai Haji Soleh pimpinan pondok pesantren Sidoarjo, mengajak umat Islam melawan Belanda. Ketiga, Jenderal TNI Edy Rachmayadi mewakili TNI aktif dan Komandan Upacara HUT TNI 72.

Amanah Presiden Jokowi:
TNI Sebagai Kekuatan Yang Disegani Di Dunia
Berikut petikan dari Amanah Presiden RI, Joko Widodo pada HUT TNI ke 72. Presiden RI Jokowi sangat bangga menyaksikan atraksi simulasi kehebatan Angkatan Bersenjata atau sekarang TNI (Tentara Nasional Indonesia) menjadi angkatan bersenjata yang semakin disegani oleh negara pada tataran regional dan global, serta mengharapkan agar TNI terus meningkatkan Profesionalisme TNI dan komitmen seluruh jajaran TNI dalam memegang teguh Sapta Marga,  Sumpah Perajurit dan atas dedikasi menjalankan tugas berat penuh resiko dan Peran sentra TNI dalam menjaga NKRI, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan  kewibawaan serta kedaulatan Negara.

Pesan Panglima Besar Jenderal Sudirman tentang jati diri TNI yang semakin relevan pada masa kini dan kedepan, bahwa Politik TNI adalah Politik Negara.  Loyalital Tentara adalah loyalitas kepada kepentingan Bangsa dan Negara, yang berarti kesetiaan memperjuangkan kepentingan rakyat, keutuhan wilayah NKRI, dan Kesetiaan kepada Pemerintah yang sah. TNI adalah milik nasional yang berada diatas kepentingan golongan dan tidak boleh terkotak kotak oleh kepentingan politik yang sempit dan masuk kekancah politik praktis. TNI selalu menjamin netralitas politik di era demokrasi sekarang ini dan menjamin keutuhan wilayah nasional dan membangun persatuan, serta solideritas antar anak bangsa, antar komponen bangsa. Presiden RI Jokowi juga terkesima mendengarkan Sapta Marga untuk setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tunduk pada hukum dan memegang disiplin keprajuritan, serta taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. Menjalankan seluruh kewajiban dengan penuh tanggung jawab kepada Negara dan NKRI, serta memegang rahasia Tentara sekeras kerasnya. Ini adalah sumpah yang membanggakan dan membawa kemulian negara dan Bangsa RI. Fondasi ini harus dipegang teguh institusi dan perajurit TNI agar kita kokoh berdiri dalam menghadapi gejolak jaman dan memenangkan persaingan global.

Sampai kapan pun juga kita harus waspada terhadap upaya dari luar yang merongrong keutuhan RI dan rongrongan dari dalam yang mengganggu Pancasila sebagai dasar negara kita. Waspada terhadap perang nyata terhadap budaya, sosial dan ekonomi. Memperingati Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober, kita selalu teringat bahwa sejak kemerdekaan NKRI diproklamirkan telah banyak rongrongan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Bahwa rongrongan tersebut sering disebabkan karena kelengahan dan kekurang waspadaan kita. Di era perdagangan bebas dan perkembangan teknologi yang maha cepat. Tidak ada jalan lain kecuali kita  harus bergegas membangun fondasi ekonomi Indonesia. Harus Indonesia sentris, sebagai tuntutan doktrin Pertahanan Semesta yang dipegang teguh prajurit TNI. Harus menjaga stabilitas politik dan keamanan, dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat Internasional terhadap negeri RI. Acara demonstrasi akbar dan simulasi perang semesta modern TriMatra Angkatan Darat, Laut dan Udara, menyebarkan pesan Global, bahwa RI adalah negara yang aman, stabil dan sentimen positif. Dalam dunia yang semakin transparansi saat ini, tidak ada yang bisa kita tutup tutupi. Kejadian sekecil apapun disudut negeri ini akan terberitakan sampai ke manca negara oleh teknologi digital.

Ikrar utama kita adalah membulatkan tekad untuk mempertahankan dan mengamalkan Pancasila sebagai sumber kekuatan untuk menggalang kebersaman. Dalam memperjuangkan dan menegakkan kebenaran dan keadilan, demi keutuhan NKRI. Sekali lagi kita tidak boleh lengah, TNI harus solid, sinerji dan bersatu dengan institusi lain dalam pemerintahan dan seluruh komponen bangsa serta bahu membahu membahu.  Menutup Amanat Presiden Jokowi tak lupa berterima kasih atas komitmen dan dedikasi prajurit TNI dimana pun berada, yang menjadi patriot sejati menjaga NKRI dan dalam menjunjung tinggi ibu Pertiwi.

Dirgahayu TNI Bhayangkara Negara. Bersama Rakyat TNI kuat. (*)